"Jadi saya keluar dan saya harus membantu dua orang. Saya tidak tahu bagaimana melakukan CPR, tetapi saya mengikuti instruksi dari orang-orang di luar sana," cerita Ana.

"Mereka memberi tahu saya cara memegang kepala dan membuka mulut, dan hal-hal seperti itu. Saya mencoba membantu tetapi mereka berdua juga mati. Saya harus mengatakan kepada semua orang yang mereka bawa untuk melakukan CPR, sebagian besar korban sudah tidak bernapas sehingga mereka tidak bisa melakukan apa-apa," paparnya.

"Kami tidak bisa berbuat apa-apa, itu adalah trauma utama," timpal Melissa.

Baca juga:
Pilu, Netizen Ucap Belasungkawa Atas Tragedi Maut di Stadion Kanjuruhan

Ribuan remaja dan orang dewasa berusia 20-an turun ke kawasan Itaewon dengan kostum Halloween. Mereka senang akhirnya bisa berpesta setelah dua tahun pembatasan COVID di Korea Selatan.

Raphael Rashid, seorang jurnalis lepas, mengatakan kepada BBC ada, puluhan ribu orang -paling banyak yang pernah dia lihat. "Begitu banyak orang, sampai-sampai kami diremukkan di trotoar," katanya.