Technologue.id, Jakarta - Media sosial sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, terutama kaum muda. Ranah media sosial di Indonesia semakin semarak dengan kehadiran Musical.ly, aplikasi kreator video musik, menyasar konsumen generasi Z dengan rentang usia 13 hingga 20 tahun. Aplikasi ini resmi diboyong ke Indonesia, setelah mendapati sambutan kaum muda di negara ini cukup besar. Sambutan ini terlihat dari jumlah pengguna aplikasi musical.ly yang telah mencapai lebih dari 3 juta dalam waktu singkat. Pencapaian ini turut mendukung optimisme tim musical.ly untuk meluncurkan aplikasinya secara resmi di Indonesia. "Kami sangat optimis keberadaan aplikasi musical.ly dapat bertahan lama di Indonesia. Untuk saat ini, kami masih terfokus untuk memperkuat eksistensi kami di Indonesia dan belum terfokus pada monetisasi," ujar Senior Marketing Manager musical.ly, Mauricio Gracia Lievana. Aplikasi yang ditujukan sebagai platform untuk mengekspresikan diri, promosi dan berkomunikasi, ini memungkinkan pengguna mengekspresikan diri via video berdurasi 15 detik. Pengguna aplikasi ini umumnya menciptakan video lipsync atau menari sesuai dengan lagu yang tersedia di perpustakaan musik musical.ly. Dapat dikategorikan sebagai salah satu media sosial, Leivana mengaku musical.ly tidak mencoba untuk menyaingi pemain di ranah yang sama, karena mengusung pengalaman penggunaan yang berbeda. Musical.ly, jelas Leivana, justru ingin mengintegrasikan media sosial lainnya pada aplikasinya. Integrasi ini untuk memungkinkan pengguna membagikan video hasil kreasi mereka di ranah yang lebih luas. Salah satunya dengan menghadirkan tombol khusus untuk memudahkan pengguna berbagi video ke Instagram. Pada kesempatan yang sama, musical.ly juga memperkenalkan live.ly, aplikasi ini menawarkan kemampuan yang memungkinkan pengguna menyiarkan aktivitas sembari membaca komentar secara langsung dari pengguna lain. Saat ini, pengguna perangkat Android maupun iOS telah dapat menikmati kedua aplikasi ini. Musical.ly telah tersedia di lebih dari 30 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris dan Jerman, dengan jumlah pengguna mencapai 130 juta di seluruh dunia.