Technologue.id, Jakarta – Ujung Maret 2017, pasar smartphone kelas flagship makin meriah saja rasanya dengan kehadiran Galaxy S8. Smartphone yang di-launching dengan keunggulan yang beragam, dari iris scanner, face recognition, hingga asisten virtual Bixby itu lantas menjadi jawaban konkret Samsung atas keraguan konsumen pasca prahara Galaxy Note 7. Rapor bagus itu kian ditegaskan oleh laporan KoreaHerald (11/06/17) yang menyebut bahwa 50 hari pasca diluncurkan, belum ada laporan negatif terkait baterai Samsung Galaxy S8 dan S8 Plus. Pasca diakui dan ditemukannya kecacatan pada baterai Galaxy Note 7, vendor asal Korea Selatan itu mengaku memang lebih ketat dan berhati-hati dalam menjaga kualitas baterai Galaxy S8. Mereka telah menambahkan beberapa standar pengecekan ponsel buatannya di pabriknya di seluruh dunia, misalnya dengan mengharuskan tes X-ray untuk tiap handset-nya sebelum didistribusikan keluar pabrik. Mereka juga telah membentuk dewan penasihat yang terdiri dari peneliti dan akademisi supaya bisa secara objektif menilai kualitas baterai gawainya. Sepertinya, upaya itu membuahkan hasil apik di Galaxy S8. Sebagai gambaran, tak seperti produsen smartphone lain Samsung memilih untuk tidak menggoda konsumen dengan kapasitas baterai ponsel flagship yang besar. Galaxy S8 dan Galaxy S8 Plus saja "hanya" didukung dengan sumber daya 3.000mAh dan 3.500mAh. Kapasitas itu tak jauh beda dengan Galaxy Note 7 dengan baterai 3.500mAh. Sepertinya, mereka mencoba menjaga kualitas daripada sekadar memberikan kapasitas besar. Walau begitu, sebelumnya sempat ada laporan terkait kecacatan Galaxy S8. Layar ponsel tersebut disebut mudah pecah saat terjatuh. Bahkan lebih rentan daripada Galaxy S7 Edge. Di samping itu, ada juga komplain pengguna kalau tombol home Galaxy S8 bergeser sepersekian milimeter dari posisi awalnya.   Baca juga: Walau Cantik, Layar Samsung Galaxy S8 Sangat Mudah Pecah Saat Jatuh Microsoft Ikut Jualan Samsung Galaxy S8, Palsu Atau Asli? Wow, Galaxy S8 Punya Layar Terbaik Sejagat!