Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Google Resmi Rilis Versi Beta Bard, AI Chatbot Saingan ChatGPT
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Google baru-baru ini mengumumkan rilis versi beta dari chatbot AI mereka yang telah digadang-gadang akan menjadi saingan ChatGPT milik OpenAI.

Menurut Google, Bard dirancang untuk menjadi pendamping bagi layanan mesin pencari (search engine) utama mereka, Google Search. Pertama kali diumumkan pada tanggal 6 Februari 2023, Google akhirnya mengumumkan akses beta terbatas untuk chatbot AI ini pada hari Selasa (21/03) lalu, melalui postingan blog mereka. 

Bard dibangun dengan software AI yang dikembangkan secara internal oleh Google, yaitu Google's Language Model for Dialogue Applications (LaMDA). Dengan menggunakan LaMDA, Bard memanfaatkan data besar untuk memprediksi dan memahami arti di balik setiap pertanyaan yang diberikan oleh pengguna, sehingga mampu memberikan jawaban yang tepat dan relevan.

Baca Juga:
Saingi Bing Chat Dan Bard, DuckDuckGo Luncurkan Asisten AI Berbasis ChatGPT

“Meskipun LaMDA adalah teknologi yang menarik, mereka tidak bebas dari kesalahan. Misalnya, karena mereka belajar dari berbagai informasi yang mencerminkan bias dan stereotipe dunia nyata, kadang-kadang hal tersebut muncul dalam respons mereka," kata Google dalam sebuah pernyataan di blog resminya. "Dan mereka mungkin memberikan informasi yang tidak akurat, menyesatkan, atau palsu sambil menyajikannya dengan percaya diri."

CEO Google, Sundar Pichai, menegaskan dalam sebuah email kepada karyawan bahwa "akan ada banyak masalah" dengan Bard pada awalnya. Dalam demo awal Bard bulan lalu, chatbot ini menghasilkan informasi yang salah tentang Teleskop Luar Angkasa James Webb, yang kemudian dicetak dalam materi promosi perusahaan. Meskipun demikian, Pichai optimis bahwa program akan terus membaik seiring dengan masukan dari pengguna.

Dalam materi promosi Google untuk Bard, mereka menyematkan sebuah GIF yang menampilkan demo sesi tanya-jawab Bard. Pertanyaan tersebut berbunyi : “Penemuan terbaru apa dari Teleskop Luar Angkasa James Webb yang dapat saya ceritakan pada anak berumur 9 tahun?” Bard lalu menawarkan 3 jawaban : Teleskop James Webb pernah mem-foto sekumpulan galaxi yang dijuluki “kacang polong”, Teleskop James Webb telah mendokumentasikan galaxi yang berumur lebih dari 13 miliar tahun, dan Teleskop James Webb adalah teleskop pertama yang mem-foto eksoplanet (planet yang berada di luar tata surya kita). Jawaban terakhir itu tidak benar, karena foto eksoplanet pertama berasal dari Very Large Telescope (VLT) yang dioperasikan oleh European Southern Observatory.

Baca Juga:
3 Chatbot AI yang Banyak Disukai dan Alternatif Selain ChatGPT

Bard yang ditenagai oleh teknologi AI terus menjadi topik perbincangan di kalangan para pengamat teknologi. Beberapa dari mereka menganggap teknologi ini sebagai loncatan besar dalam perkembangan AI, sementara yang lain masih skeptis dan berpikir bahwa teknologi ini masih memiliki banyak kelemahan dan risiko yang harus diatasi.

Meskipun sempat melakukan kesalahan, Google memastikan bahwa mereka telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi bias pada Bard. Salah satunya adalah dengan mengurangi jumlah data yang digunakan dalam pelatihan, serta membatasi akses teknologi ini pada kasus penggunaan yang spesifik dan terbatas.

“Anda dapat menggunakan Bard untuk meningkatkan produktivitas Anda, mengembangkan ide-ide yang Anda miliki dan membantu Anda memuaskan rasa penasaran,” tulis peneliti Google dalam postingan blog mereka. “Anda dapat bertanya pada Bard soal tips tentang cara mencapai goal Anda untuk membaca lebih banyak buku tahun ini, menjelaskan fisika kuantum dengan sederhana atau merangkum sebuah postingan blog yang mungkin dapat berguna untuk membantu Anda mengatasi writer’s block.”

Hingga hari ini, Google belum mengumumkan kapan akses beta Bard untuk Indonesia akan dibuka maupun tanggal dibukanya akses Bard untuk khalayak umum.

SHARE:

Uji Starship, SpaceX Pilih Turunkan Roket ke Laut Dibanding Ditangkap

Ini Alasan Departemen Kehakiman AS Tuntut Google Jual Chrome