Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Analis prediksi penurunan tarif interkoneksi rangsang perang harga
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Program murah-murahan tarif kembali dilakukan operator telekomunikasi. XL Axiata baru saja mengumumkan promo tarif telpon murah ke operator lain, menyusul program serupa yang dilakukan Indosat Ooredoo sejak pertengahan tahun lalu. Anggota keluarga Ooredoo itu mulai mengobral tarif pembicaraan antar operator dengan program Rp 1 per detik. Hadir sebagai penantang, XL kemudian mengeluarkan program Rp 59 permenit untuk telpon semua operator. Perang tarif telpon antar operator ini memang hanya belangsung di luar Pulau Jawa. Namun berdasarkan pengamatan Leonardo Henry Gavaza CFA, analis saham PT Bahana Securities, strategi tarif antar operator ini dipastikan bakalan makin menguras kocek perusahaan. Program perang tarif yang tengah dilakoni Indosat dan XL itu dinilai Leonardo serupa dengan banting harga jasa telpon yang pernah dilakukan operator telekomunikasi di tahun 2007 dan 2008. Kala itu, perang adu murah berlaku di level onnet (dalam satu operator) tapi sekarang sudah menjalar ke offnet (beda operator). “Perang tarif ini cepat atau lambat akan dilakukan oleh Indosat dan XL. Memang tujuan Menkominfo melakukan revisi PP 52/53 tahun 2000 ini untuk menciptakan kompetisi dan persaingan harga. Kejadiannya ya seperti perang harga offnet yang saat ini terjadi. Jadi revisi 52/53 tahun 2000 dan penurunan biaya interkoneksi memang ditujukan untuk mensupport kebijakkan perang tarif Indosat dan XL,” kata Leonardo. Sementara itu, Kahlil Rowter selaku Chief Economist Danareksa Research Institute, menilai adu murah tarif telekomunikasi yang dilakukan Indosat dan XL merupakan strategi untuk mendapatkan pelanggan baru di suatu wilayah. Sekilas perang tarif ini terlihat akan menguntungkan konsumen, namun jika terus dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan masiv, Kahlil memastikan akan ada operator yang mengalami kerugian. Bahkan, menurutnya, bisa saja ada operator telekomunikasi yang ‘gulung tikar’ akibat tak mampu bertahan di perang tarif ini. Di waktu yang panjang, Kahlil pesimistis konsumen akan diuntungkan dengan adanya perang tarif ini. Operator yang melakukan perang harga diprediksi bakalan kembali menaikkan harga untuk menutup kerugian mereka selama ini ketika menjalankan perang harga. Kahlil menyebut, sebagai entitas bisnis pencari keuntungan, operator telekomunikasi harus menggembalikan dana yang dipergunakan untuk melakukan perang harga tersebut. Fakta itu yang mendorong kemungkinan harga layanan telekomunikasi dari operator yang melakukan perang harga tersebut bisa menggalami kenaikan. Menurut Kahlil konsumen juga bisa berpotensi mendapatkan layanan komunikasi yang kurang handal. Operator pelaku perang harga dinilai Kahlil kerap mengabaikan kualitas layanan telekomunikasinya. Seperti sering terjadinya drop call atau terbatasnya coverage di satu wilayah. Ia menyatakan yang dibutuhkan konsumen sekarang ini ialah harga telekomunikasi yang terjangkau dan stabil. Bukan adu murah harga yang justru akan mengorbankan kepentingan konsumen. “Jadi perang harga tidak otomatis menguntungkan konsumen. Perang tarif justru berpotensi memperdaya konsumen,” tandas Kahlil.

SHARE:

Google Batal Bikin Pixel Tablet 2, Hindari Persaingan dengan Apple?

Ini Respons Kemenperin soal Proposal Investasi Apple Rp1,58 Triliun