Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Ini Jawara Pasar Smartphone Indonesia di Q2 2019 Versi IDC
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - International Data Corporation (IDC) mengumumkan Quarterly Mobile Phone Tracker Q2-2019. Hasilnya, ada perbedaan peringkat dengan Canalys (Q2 2019) mengenai posisi teratas Top 5 vendor smartphone di Indonesia. Pada kuartal kedua 2019 ini, IDC Indonesia mengungkap bahwa Samsung masih memimpin dengan jumlah pangsa pasar terbesar yakni sekitar 26,9 persen dari pasar smartphone tanah air. Meski demikian, jumlah ini juga menurun sekitar 31,8 persen dari Q1 tahun 2019 lalu.

Baca Juga: Jegal Samsung, Oppo Gapai Posisi Satu di Indonesia

Samsung Seri Galaxy A yang baru diperkenalkan berhasil memperkuat posisi mereka di segmen mid-range ($200-$400) dan high-end ($400-$600), dimana Samsung mampu menawarkan perangkat dengan spesifikasi, fitur, dan rentang harga yang lebih kompetitif. Sementara di posisi kedua, Oppo sukses menggusur Xiaomi dengan perolehan pangsa pasar 21,5 persen. Berbeda dengan IDC, lembaga riset Canalys pernah mengeluarkan laporan versinya yang melaporkan bahwa Oppo justru berada di urutan pertama vendor smartphone tanah air dengan pangsa pasar 26 persen. Lebih tinggi ketimbang 24 persen milik Samsung. Menurut IDC, Oppo memperoleh pasar yang signifikan di segmen low-end (US$100-US$200) karena cakupannya yang luas di pasar offline dan didukung oleh peluncuran model baru A1k. Selain itu, Vivo terus menunjukkan pemasaran yang agresif baik offline maupun online, hal ini memungkinkan untuk mendorong permintaan produk-produk kelas menengah (US$200-US$400), khususnya pada seri V15. Berkat penjualan yang baik tersebut, Vivo bertengger di peringkat ketiga pasar smartphone dalam negeri dengan mengantongi 17 persen market share. Naik 2,1 persen dibandingkan kuartal pertama tahun ini. Kinerja penjualan smartphone Xiaomi kurang moncer di Q2 2019. Ia harus menerima berada di posisi keempat pasar smartphone tanah air. Padahal di Q4 2018, vendor ponsel yang dikenal lewat produk Mi series itu sukses merangsek hingga urutan ke-2 (dengan perolehan 20,7 persen) sehingga tepat di bawah Samsung (27 persen) kala itu. Namun periode terbaru ini, Xiaomi hanya 16,8 persen. IDC memperkirakan, tingginya permintaan Redmi Note 7 membuat harganya melambung tinggi.

Baca Juga: Xiaomi Ungkap Bisnis Smartphone di Semester Kedua 2019

Di urutan kelima, ada si pendatang baru Realme. Realme menerapkan strategi portfolio produk yang agresif dan memperkenalkan C2 dan 3 Pro. Selain spesifikasi dan desain fisiknya yang kompetitif, Realme menerapkan inisiatif pengendalian harga yang ketat. Hal ini memberikan keunggulan dibandingkan pesaingnya dalam kisaran harga yang sama. Berpegang pada strategi itu, Realme telah memiliki 6,1 persen. Melonjak signifikan dari semula hanya 1,4 persen di Q1 2019. Terlepas dari peringkat Top 5 vendor smartphone di Indonesia, Risky Febrian, Market Analyst, IDC Indonesia, menjelaskan bahwa pengiriman smartphone mencatatkan rekor baru, dengan jumlah 9,7 juta unit di Q2-2019. Menurutnya, sebagian penyebabnya dikarenakan oleh antisipasi para vendor smartphone dalam menghadapi rencana pemerintah untuk membatasi impor smartphone ilegal. “4 dari 5 vendor smartphone teratas di Indonesia berasal dari Tiongkok, vendor lokal tidak lagi berada di Top 5. Pada kuartal ini, realme berhasil menggeser Advan di posisi 5 teratas dan mencatat pangsa pasar sebesar 6,1 persen. Terlepas dari harga, spesifikasi dan fitur yang kompetitif, produk realme mampu menawarkan desain terkini sehingga memberikan keunggulan kompetitif dari merek lain dan perspektif yang signifikan di pasar,” ungkap Risky. Realme menggantikan posisi Advan di peringkat 5. Tekanan kompetisi yang tinggi di segmen ultra low-end (<$100), terutama dari Xiaomi dan Samsung menyebabkan performa merek lokal terus menurun.

SHARE:

Google Batal Bikin Pixel Tablet 2, Hindari Persaingan dengan Apple?

Ini Respons Kemenperin soal Proposal Investasi Apple Rp1,58 Triliun