Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Lupa Daratan Tayang di Netflix: Drama Komedi Indonesia Siap Mendunia
SHARE:

Pernahkah Anda merasa dunia seolah berhenti ketika sebuah kesuksesan besar menghampiri? Atau justru, di puncak pencapaian, Anda lupa dari mana asal muasal dan siapa yang menemani perjalanan? Pertanyaan-pertanyaan filosofis yang dalam itu kini dibungkus dengan kemasan ringan dan menghibur dalam film terbaru Indonesia, "Lupa Daratan". Bukan sekadar tontonan lepas, film ini adalah pernyataan sikap industri film tanah air yang siap melangkah lebih percaya diri ke panggung global, dimulai dari tayang eksklusif di Netflix mulai 11 Desember mendatang.

Dalam gelaran gala perdana yang digelar di bioskop kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (10/12/2025), semangat optimisme itu terpancar jelas. Produser Dipa Andika dengan lantang menyatakan, "Ini saatnya kita mengenalkan drama komedi Indonesia ke seluruh dunia." Pernyataan itu bukan sekadar jargon promosi, melainkan sebuah keyakinan yang dibangun dari fondasi cerita yang universal dan produksi yang matang. Kehadiran platform streaming global seperti Netflix memang telah membuka gerbang yang sebelumnya sulit tertembus, memungkinkan karya lokal bersaing dan dinikmati oleh penonton dari berbagai belah bumi.

Lantas, apa yang membuat "Lupa Daratan" layak menjadi duta baru genre drama komedi Indonesia di mata dunia? Jawabannya tidak hanya terletak pada bintang-bintang papan atas yang memerankannya, tetapi lebih pada kedalaman pesan dan kolaborasi kreatif di balik layar yang mencerminkan dinamika industri film kita saat ini. Film ini menandai kembalinya Ernest Prakasa ke kursi sutradara setelah vakum sejak 2022, dan pilihannya untuk berkolaborasi dengan talenta baru serta "teman lama" menjadi cerita menarik tersendiri.

Lebih Dari Sekadar Komedi: Filosofi "Lupa Daratan" yang Menyentuh

Di balik tawa dan situasi komedi yang diusung, "Lupa Daratan" menyimpan inti cerita yang serius dan relevan. Sutradara Ernest Prakasa menekankan bahwa filosofi utama film ini adalah pentingnya mentalitas bersyukur dan menghindari sikap "lupa daratan" di tengah puncak kesuksesan. Pesan ini bukanlah sesuatu yang asing, tetapi konteksnya dalam dunia modern yang serba instan dan penuh kompetisi membuatnya terasa segar dan perlu.

Aktor Agus Kuncoro, yang memerankan karakter Iksan, merasakan kedalaman pesan tersebut. Ia menilai film ini berhasil "memanusiakan manusia", menunjukkan bahwa setiap karakter memiliki alasan dan latar belakang atas sikap yang diambil. Di sini, film ini tidak hitam-putih dalam menggambarkan tokoh antagonis atau protagonis. Lebih dari itu, "Lupa Daratan" juga mengingatkan penonton akan pentingnya support system atau sistem pendukung, terutama dari keluarga. Dalam pusaran ambisi dan kesuksesan, peran orang-orang terdekat yang tulus seringkali terlupakan, sebuah tema yang resonan di banyak budaya.

Refleksi serupa datang dari Vino G. Bastian. Adegannya bersama Agus Kuncoro (sebagai Iksan) dalam film mengingatkannya pada perjuangan dan jerih payah keluarga yang mendukungnya sejak merintis karir dari nol. "Orang-orang yang menemani kita saat kita belum jadi apa-apa," ujar Vino, menyentil memori kolektif banyak orang tentang betapa berharganya hubungan yang dibangun sebelum kemewahan dan ketenaran menyapa. Pesan semacam inilah yang membuat "Lupa Daratan" berpotensi tidak hanya menghibur, tetapi juga meninggalkan bekas.

Kolaborasi Sinergis: Ernest Prakasa Keluar dari Zona Nyaman

Proyek "Lupa Daratan" menjadi bukti bahwa kolaborasi antara talenta mapan dan segar dapat menghasilkan sinergi yang kuat. Ernest Prakasa, yang dikenal dengan ciri khas komedi sosialnya, kali ini memilih untuk keluar dari zona nyaman. Ia bekerja dengan kru dan aktor yang sebagian baru pertama kali ia ajak bekerja sama, seperti Vino G. Bastian dan Agus Kuncoro. "Kalau dengan Dea Panendra sudah pernah sebelumnya," akunya. Pilihan ini menunjukkan keberanian untuk bereksperimen dan menyuntikkan energi baru ke dalam proses kreatifnya.

Kolaborasi semacam ini adalah napas bagi industri film. Ia mencegah stagnasi dan mendorong pertukaran ide yang sehat. Ketika sutradara dengan visi kuat bertemu dengan aktor yang membawa pengalaman dan warna berbeda, hasilnya seringkali adalah chemistry yang tak terduga dan penampilan yang otentik. Hal ini juga sejalan dengan semangat regenerasi dan pengenalan bakat baru, sebagaimana terlihat dalam berbagai inisiatif lain seperti yang diangkat dalam 3 Film Pendek SISI 2025: Potret Indonesia dari Mata Generasi Muda.

Jendela ke Dunia: Netflix dan Ambisi Global Film Indonesia

Penayangan serentak global "Lupa Daratan" melalui Netflix mulai 11 Desember bukanlah langkah kecil. Ini adalah strategi distribusi yang langsung menempatkan film Indonesia di hadapan ratusan juta subscriber platform tersebut. Vino G. Bastian bahkan menyoroti sebuah pencapaian pribadi yang menandai era baru ini: ia akan melihat aktingnya di-sulih suarakan dalam bahasa Thailand dan bahasa-bahasa lainnya. Hal kecil ini adalah simbol besar dari internasionalisasi konten Indonesia.

Vino optimis, ia menyoroti potensi film nasional untuk menjangkau berbagai belahan dunia. Optimisme ini bukannya tanpa dasar. Beberapa waktu lalu, kita telah melihat bagaimana genre horor lokal seperti yang dibahas dalam Terror Zombie Indonesia Kuasai Netflix di 75 Negara mampu menarik perhatian penonton global. Kini, giliran genre drama komedi dengan sentuhan khas Indonesia untuk diuji. Jika berhasil, "Lupa Daratan" dapat membuka jalan yang lebih lebar bagi karya-karya Indonesia lainnya, tidak hanya di Netflix tetapi juga di platform lainnya, mengikuti ekspansi Netflix yang juga sedang gencar merambah dunia podcasting.

Kemudahan akses ini juga didukung oleh perkembangan teknologi perangkat. Menonton film seperti "Lupa Daratan" kini bisa dilakukan dengan lebih fleksibel, bahkan melalui perangkat seperti cover screen HP lipat yang memungkinkan nonton Netflix dengan praktis.

Gala Perdana yang Interaktif dan "Lupa Daratan Awards"

Acara gala perdana "Lupa Daratan" sendiri tidak berlangsung kaku dan formal. Suasana meriah dan hangat tercipta berkat kehadiran "Lupa Daratan Awards" dengan kategori-kategori humoris seperti Si Paling Necis, Si Paling Senyum Manis, dan Si Paling Nungguin Lupa Daratan. Kategori-kategori ini melibatkan interaksi langsung antara para pemain film dan penonton yang hadir di tiga teater Cinepolis yang memutarkan filmnya pada malam itu.

Interaksi semacam ini memperlihatkan sisi humanis dari para selebritas dan menciptakan ikatan emosional awal antara film dengan calon penontonnya. Ini adalah strategi pemasaran yang cerdas, mengubah penonton dari sekadar konsumen pasif menjadi bagian dari komunitas yang terlibat. Kegembiraan dan tawa yang tercipta dalam acara tersebut seolah menjadi preview dari pengalaman menonton yang dijanjikan oleh film ini: menghibur, relatable, dan penuh kejutan.

Dengan segala persiapan dan pesan yang dibawanya, "Lupa Daratan" lebih dari sekadar tiket tontonan akhir pekan. Ia adalah cermin bagi banyak orang yang berlomba mengejar kesuksesan, sekaligus pengingat lembut untuk tidak kehilangan jati diri. Ia adalah bukti nyata kolaborasi kreatif di industri film Indonesia, dan yang terpenting, ia adalah duta baru yang siap mengatakan kepada dunia bahwa drama komedi Indonesia memiliki cerita yang layak untuk didengar secara global. Tanggal 11 Desember nanti, bukan hanya tentang sebuah film yang tayang, tetapi tentang sebuah langkah kecil yang penuh arti untuk "tidak lupa daratan" di panggung dunia.

SHARE: