Kolaborasi APJATEL dan International Fiber Alliance menandai babak baru pembangunan jaringan telekomunikasi nasional. Keduanya sepakat mendorong implementasi model Open Access Fiber di Indonesia.
Model ini memungkinkan satu infrastruktur serat optik digunakan bersama oleh banyak penyedia layanan. Pendekatan tersebut dinilai lebih efisien dibanding pembangunan jaringan tertutup yang mahal dan berlapis.
Open Access Fiber telah diterapkan di berbagai negara dengan hasil signifikan. Persaingan layanan meningkat, biaya menurun, dan pemerataan akses internet berjalan lebih cepat.
Ketua Umum APJATEL Jerry Mangasas Swandy menegaskan pentingnya kolaborasi lintas ekosistem. “Kami melihat Open Access Fiber sebagai fondasi infrastruktur digital Indonesia yang efisien, berkelanjutan, dan inklusif,” ujarnya.
Jerry menambahkan kolaborasi dengan IFA membuka akses terhadap praktik global yang telah teruji. “Pendekatan ini memungkinkan adopsi teknologi dan tata kelola jaringan yang lebih matang,” katanya.
Bagi penyedia layanan, skema open access mengurangi beban investasi awal. Operator dapat lebih fokus pada inovasi layanan dan peningkatan kualitas pengalaman pelanggan.
Di sisi konsumen, dampaknya berpotensi langsung terasa. Akses internet menjadi lebih terjangkau, stabil, dan merata hingga ke wilayah nonperkotaan.
Meski implementasinya tidak instan, arah transformasi mulai terlihat jelas. Kolaborasi APJATEL dan IFA menjadi sinyal kesiapan industri menuju ekosistem konektivitas yang lebih terbuka.