Technologue.id, Jakarta - Tindakan pelecehan seksual terhadap wanita kembali terjadi. Menurut pengakuan korban yang beredar di media sosial Twitter, kejadian ini berawal dari rekrutmen melalui LinkedIn yang dilakukan oleh salah seorang Chief Executive Officer (CEO) sebuah startup di Jakarta.
Modus rekrutmen atau lowongan pekerjaan yang berujung pada pelecehan seksual ini diangkat oleh akun Twitter @hrdbacot pada hari Rabu, 15 Desember 2021.
@hrdbacot menggunggah tangkapan layar dari chat yang dilaporkan oleh seorang wanita yang tidak diketahui namanya. Korban, yang saat itu sedang mencari kerja, menceritakan kronologi kejadian mulai dari panggilan wawancara, berangkat ke Jakarta dari Surabaya, hingga tindakan pelecehan seksual tersebut.
Awalnya, si wanita sebut saja A, dihubungi oleh seorang CEO dari sebuah startup di Jakarta. Dia diminta menjadi asisten pribadi atau personal assistant (PA) dari CEO startup.
Baca Juga:
Viral Curhatan Wanita Korban Pelecehan Anggota BIN
Diketahui bahwa A adalah mantan pramugari yang tinggal di Surabaya. Setelah chat cukup intens dengan CEO tersebut, A kemudian diminta untuk datang ke Jakarta untuk tahap interview.
Namun A mulai merasa ada kejanggalan, di mana dirinya yang menentukan tanggal kedatangan. Bukan keputusan pihak perusahaan seperti biasanya.
Kemudian, A juga dijanjikan akan tinggal di apartemen CEO. Singkat cerita, si A berangkat dari Surabaya ke Jakarta.
Sesampainya di apartemen, CEO meminta A memakai kostum pramugari yang telah disiapkan oleh pimpinan salah satu startup di Jakarta.
Saat itu, sang CEO mulai melakukan tindakan pelecehan seksual dengan membuka celana dan mengeluarkan organ kelaminnya.
Namun dengan tegas A menolak aksi tidak senonoh itu meski dalam keadaan gemetar dan menangis.
Untuk menenangkan diri, CEO mengatakan bahwa A telah diterima. Dan besok dapat bekerja dengannya atau di apartemen yang CEO kemudian temukan untuk disewa.
Baca Juga:
Viral Wanita Alami KDRT Hingga Keguguran
Melihat A menangis, CEO mengajak wanita itu pulang. Beruntung, salah satu teman A bisa menjemputnya.
"Dan setelah itu dia (CEO) tidak merasa bersalah. Dia hidup normal dan saya hidup dengan kondisi ini (trauma)," ujar A.
Si A mengungkapkan bahwa dia tidak bisa melapor karena tidak ada jejak fisik atau sperma di dalam dirinya. Dia hanya memiliki bukti chat yang dianggapnya lemah.
Orang A berbagi pengalaman pelecehan seksual agar pencari kerja perempuan lainnya dapat berhati-hati dengan modus rekrutmen atau lowongan kerja (loker) yang mengarah pada pelecehan seksual.
Saat ini A didampingi oleh Never Okay Project, sebuah komunitas yang memerangi pelecehan seksual di tempat kerja.