Technologue.id, Jakarta - Pelaku kejahatan siber memanfaatkan permintaan aplikasi VPN di ponsel pintar dan komputer yang terus meningkat. Pada Q3 tahun 2024, para ahli Kaspersky menemukan bahwa jumlah pengguna yang mendapati aplikasi VPN gratis palsu meningkat 2,5 kali lipat dibandingkan dengan Q2 di Asia Pasifik.
VPN (Virtual Private Network) adalah layanan yang dimaksudkan untuk menawarkan keamanan dan privasi kepada pengguna dengan menyembunyikan alamat IP mereka. Hasilnya adalah Penyedia Layanan Internet (ISP) dan pihak ketiga lainnya tidak dapat melihat situs web mana yang dikunjungi pengguna atau data apa yang dikirim dan diterima.
Fungsi VPN yang populer bagi pengguna individu adalah kemampuan untuk "mengubah" lokasi dengan beralih ke server di negara lain. Fitur ini memungkinkan akses ke konten web yang dibatasi secara geografis seperti acara di platform layanan streaming.
Baca Juga:
Pengguna Youtube Premium Pakai VPN Bakal Diblokir
Pengguna cenderung percaya bahwa jika mereka menemukan aplikasi VPN di toko resmi, seperti Google Play, aplikasi tersebut aman dan dapat digunakan untuk mendapatkan konten yang awalnya tidak tersedia di lokasi mereka. Mereka juga berpikir akan lebih baik jika layanan VPN ini gratis.
"Namun, hal ini sering kali berakhir menjadi jebakan, seperti yang dibuktikan oleh kasus-kasus terkini dan statistik kami yang menunjukkan lonjakan kasus aplikasi VPN berbahaya," kata Vasily Kolesnikov, Pakar Keamanan di Kaspersky.
Penjahat siber memanfaatkan pengguna yang ingin menggunakan layanan VPN gratis. Pada bulan Mei 2024, penegak hukum membongkar botnet (jaringan perangkat komputer yang dibajak) yang dikenal sebagai 911 S5. Beberapa layanan VPN gratis (MaskVPN, DewVPN, PaladinVPN, ProxyGate, ShieldVPN, dan ShineVPN) digunakan untuk membuat botnet ini. Pengguna yang memasang aplikasi VPN ini mengubah perangkat mereka menjadi server proxy yang menyalurkan lalu lintas milik orang lain.
Baca Juga:
Google One Akan Lenyapkan Fitur VPN
Jaringan berbahaya ini menjangkau 19 juta alamat IP unik di lebih dari 190 negara di seluruh dunia, menjadikannya botnet terbesar yang pernah dibuat. Admin botnet menjual akses ke server proxy yang terpasang di perangkat pengguna dengan aplikasi yang terinfeksi kepada penjahat siber lainnya, dan skema ini digunakan untuk serangan dunia maya, pencucian uang, dan penipuan massal.
Agar tetap aman, pengguna harus tetap waspada terhadap ancaman ini dan menggunakan solusi keamanan, beserta layanan VPN yang andal dan tepercaya.