Technologue.id, Jakarta - Perusahaan keamanan siber Kaspersky menemukan peningkatan aktivitas ancaman siber di wilayah Asia Tenggara. Salah satunya adalah kelompok-kelompok yang menggunakan Advanced Persistent Threats (APT) untuk melancarkan aksi cyberpionage (mata-mata siber). Territory Channel Manager Kaspersky Indonesia, Dony Koesmandarin pada Rabu (26/2/2020) mengatakan, "para pelaku kejahatan siber meluncurkan alat serangan baru, termasuk memata-matai malware ponsel demi mencapai tujuannya yaitu mencuri informasi dari entitas, organisasi pemerintah, militer dan organisasi di wilayah Asia Tenggara."
Baca Juga: 2020 Tahun Pilkada, Seberapa Besar Ancaman Siber?
APT sendiri merupakan serangan siber yang kompleks dan canggih. Dony menyebut mereka punya banyak komponen untuk menyebarkan phising dengan mekanisme penyebaran jaringan, spyware, alat untuk penyembunyian (root/boot kit) dan lainnya. Lebih lanjut, Kaspersky membagi kelompok-kelompok APT utama dan jenis-jenis malware yang mempengaruhi lansekap ancaman di Asia Tenggara pada 2019 dan hingga 2020. Pertama adalah Platinum, salah satu aktor APT yang paling maju secara teknologi dengan fokus kawasan Asia Pasifik (APAC). Entitas diplomatik dan pemerintahan dari negara Indonesia, Malaysia, dan Vietnam diidentifikasi menjadi korban backdoor canggih Platinum ini.Baca Juga: Ternyata Perusahaan Milik CIA Membantu Memata-matai Dunia
Kemudian ada Finspy yang merupakan spyware untuk Windows, macOS, dan Linux yang dijual secara legal. Ini dapat diinstal di iOS dan Android dengan set fungsi sama yang tersedia untuk setiap platform. Aplikasi ini memberikan kesempatan kepada pelaku kejahatan siber untuk mengontrol hampir seutuhnya atas data pada perangkat yang terinfeksi. Dan yang terakhir adalah PhantomLance, Malware ini menargetkan pengguna di Indonesia, Malaysia, dan Vietnam di kawasan Asia Tenggara. Kampanye spionase jangka panjang dengan Trojan untuk Android ini digunakan di berbagai pasar aplikasi termasuk Google Play.