Technologue.id, Jakarta – Saat Lenovo mengakuisisi Motorola Mobility pada Januari 2014 silam, tentu mereka punya harapan besar. Sebagai vendor yang pernah menghasilkan portofolio semacam ponsel seri Razr, Motorola sebenarnya berkesempatan mengulang kejayaan di era Android sekarang. Namun apa daya, Lenovo belakangan malah terlempar dari daftar lima besar vendor smartphone top global. Penjualan mereka di Tiongkok, yang notabene adalah kampung halaman mereka, pun lesu. CampaignAsia (04/11/16) lantas mengendus kabar kalau Lenovo segera berhenti berjualan ponsel pintar. Mereka memilih untuk tidak memasarkan smartphone bermerek Lenovo, melainkan fokus untuk menjual ponsel di bawah brand Moto. Hal ini pada dasarnya cukup beralasan, mengingat merek Motorola lebih populer dan sempat dipercaya masyarakat global ketimbang memaksa menggunakan branding Lenovo. Event peluncuran Moto E3 Power di Indonesia akhir Oktober lalu pun sebenarnya bisa diamati sebagai salah satu gejalanya. Menghadirkan Moto E3 Power ke Tanah Air membuat Lenovo berhadapan dengan konsekuensi kanibalisasi dengan smartphone A6000 yang secara harga tak terpaut jauh. Isu ini sendiri mencuat setelah posisi co-president dan senior vice president bakal diemban oleh Xudong Chen, menggantikan Gina Qiao. Selain itu, tiga petinggi anyar juga baru dilantik.   Baca juga: LENOVO TAK MASALAH KENA ‘GIGIT’ MOTO WELCOME BACK MOTO! AKHIRNYA, SMARTPHONE MOTOROLA DIPRODUKSI DI INDONESIA