
Technologue.id, Jakarta - Layanan chatbot akal imitasi (AI) asal China, DeepSeek diblokir bagi pengguna di Korea Selatan. Para pengguna aplikasi layanan yang sedang naik daun itu tidak bisa memperbarui versi miliknya.
Gagal pembaruan aplikasi itu ditengarai keputusan Pemerintah Korea Selatan secara resmi memblokir unduhan aplikasi DeepSeek. Aplikasi itu sudah tak lagi tersedia di toko aplikasi lokal seperti Apple App Store dan Google Play.
Keputusan ini diambil setelah Komisi Perlindungan Informasi Pribadi Korea Selatan menemukan indikasi pelanggaran. Mereka melihat aplikasi DeepSeek mengumpulkan data pengguna secara berlebihan dan kurang transparan dalam mentransfer informasi ke pihak ketiga.
Baca juga:
Antara Musk, OpenAI, dan Drama Pertarungan di Dunia AI
Dikutip dari TechCrunch, regulator Korea Selatan menyoroti potensi risiko keamanan yang ditimbulkan oleh DeepSeek. Risiko itu lebih menonjol dalam hal pemrosesan data pengguna tanpa pemberitahuan yang jelas serta kemungkinan besar data tersebut ditransfer ke server di China.
Meski begitu, pengguna yang telah mengunduh aplikasi sebelum pemblokiran masih bisa mengakses aplikasi DeepSeek. Otoritas setempat menyarankan agar pengguna tidak membagikan informasi pribadi dan sensitive hingga ada kepastian lebih lanjut mengenai keamanan layanan ini.
Tak hanya itu, berbagai lembaga pemerintah Korea Selatan juga ikut mengambil langkah serupa. Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, hingga perusahaan milik negara seperti Korea Hydro & Nuclear Power telah memblokir akses ke aplikasi ini di jaringan internal mereka.
Baca juga:
Snapdragon 6 Gen 4 Mobile Pertama Kali Dibekali Gen AI
Seperti dikutip Technologue.id dari APNews, Langkah tersebut diambil sebagai bentuk pencegahan terhadap potensi kebocoran informasi yang bisa membahayakan keamanan nasional.
DeepSeek sendiri tengah menikmati lonjakan popularitas di Korea Selatan dengan lebih dari 1,2 juta pengguna. Banyak yang menilai chatbot ini sebagai alternatif potensial untuk ChatGPT, terutama karena dikembangkan dengan biaya lebih rendah dibandingkan pesaing asal Amerika Serikat.
Namun, keputusan pemerintah ini menimbulkan ketidakpastian baru mengenai masa depan layanan tersebut di negara tersebut. Kasus ini menambah daftar panjang kekhawatiran global mengenai regulasi AI, terutama dalam aspek perlindungan data dan keamanan informasi.
Korea Selatan bukan satu-satunya negara yang mulai memperketat aturan terhadap aplikasi AI berbasis luar negeri. Ke depan, diperkirakan akan semakin banyak kebijakan ketat yang diterapkan untuk memastikan perlindungan data pengguna dalam penggunaan teknologi kecerdasan buatan.