Technologue.id, Jakarta - Meta mengklaim telah menindak ribuan akun Facebook terkait dengan operasi Spamouflage atau kampanye disinformasi online dan propaganda yang dilakukan oleh China.
Dikutip dari Mashable, terdapat 7.700 akun Facebook yang dihapus terkait operasi ini. Meta juga menghapus 954 Halaman Facebook, 15 Grup Facebook, dan 15 akun Instagram yang menjadi bagian dari operasi tersebut.
Baca Juga:
WhatsApp Rilis Aplikasi untuk Mac dengan Fitur Video Call 8 Orang
Perusahaan merinci tindakannya dalam laporan Q2 Quarterly Adversarial Threat yang dirilis pada Selasa.
Ada beberapa hal menarik dari laporan tentang jaringan ini. Pertama, menurut Meta, mereka yakin kampanye Spamouflage ini berjalan sejak 2018. Artinya, kampanye disinformasi ini telah berjalan sekitar 5 tahun dan hingga saat ini secara luas tidak terdeteksi oleh platform tersebut.
Meta menyebutkan bahwa ia menemukan koneksi antara jaringan dan cluster lain, yang sebelumnya telah dihapus dari platform.
Lebih lanjut, menurut Meta, perusahaan tersebut menemukan hubungan antara kampanye Spamouflage dan "individu yang terkait dengan penegakan hukum Tiongkok". Meta tidak menguraikan hal tersebut dalam laporan ini.
Secara total, jaringan ini mengumpulkan sekitar 560.000 pengikut. Namun, Meta mengatakan bahwa sebagian besar pengikutnya tampaknya merupakan akun palsu atau tidak autentik yang kemungkinan besar dibeli dari "operator spam".
Meta juga menyampaikan bahwa jaringan tersebut telah menghabiskan total sekitar $3.500 untuk kampanye iklan di Facebook.
Kabarnya, kampanye Spamouflage ini juga ada di luar platform Meta seperti YouTube, TikTok, Reddit, Pinterest, Medium, Quora, Blogspot, Vimeo, LiveJournal, Tumblr dan X, platform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Baca Juga:
Menkominfo: Judi Online dan Pinjol Ilegal Picu Kriminalitas Tinggi
Mengutip Voaindonesia, jaringan tersebut umumnya memposting pujian-pujian untuk China dan provinsi Xinjiang serta mengkritik AS, kebijakan negara Barat.
Konon, operasi ini berasal dari China yang menyasar sejumlah target yang mencakup Taiwan, AS, Australia, Inggris, Jepang, dan audiens global yang menguasai bahasa China.