Technologue.id, Jakarta - International Business Machines (IBM), produsen software dan hardware asal Amerika Serikat, baru-baru ini melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3.900 karyawan.
Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk menyelesaikan proses divestasi aset dan memperbaiki kondisi bisnis setelah target arus kas tahunan tidak tercapai.
Baca Juga:
Faktor Kuat Dibalik "Big Tech" Lakukan PHK Massal
Menurut manajemen IBM, PHK terkait dengan spin-off bisnis Kyndryl dan bagian dari unit kecerdasan buatan (AI) Watson Health yang akan menyebabkan biaya sebesar US$300 juta pada periode Januari-Maret. Arus kas perusahaan pada tahun 2022 sebesar Rp9,3 triliun dan berada di bawah target US$10 miliar.
Walaupun demikian, pendapatan IBM pada tahun 2022 tetap mengalami kenaikan sebesar 6% yoy menjadi US$60,5 miliar. Laba operasional juga mengalami kenaikan 1% yoy sebesar Rp9,8 triliun.
Chief Financial Officer IBM, James Kavanaugh, mengatakan bahwa pertumbuhan pendapatan dan laba operasional pada tahun 2022 menunjukkan kekuatan dari fokus perusahaan pada platform cloud hybrid dan AI.
Baca Juga:
Revenue Menyusut, Google PHK Massal Karyawan
Untuk tahun 2023, perusahaan memperkirakan pertumbuhan pendapatan sekitar satu digit dengan arus kas sebesar US$10,5 miliar. IBM terus berupaya untuk memperkuat bisnis melalui strategi yang berfokus pada teknologi dan inovasi.
Dengan melakukan PHK, IBM berharap dapat memperbaiki kondisi bisnis dan memastikan bahwa perusahaan dapat beroperasi secara efisien dan efektif di masa yang akan datang.
Walaupun memang tidak mudah bagi para karyawan yang terkena PHK, langkah ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk terus berkembang dan memenuhi target bisnis di masa depan.