Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Perusahaan Rela Rogoh Kocek untuk Implementasi AI
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Laporan terbaru dari IBM Institute for Business Value mengungkap bahwa para eksekutif ritel dan produk konsumen yang disurvei secara signifikan mengalihkan fokus mereka ke kecerdasan buatan (AI). Hasil survei menunjukkan bahwa para eksekutif tersebut memproyeksikan pengeluaran di luar operasi TI tradisional dapat meningkat hingga 52% di tahun depan.

Laporan yang berjudul "Embedding AI in Your Brand's DNA," memaparkan bagaimana berbagai brand sedang mempersiapkan diri untuk fase transformasi berbasis AI berikutnya di perusahaan.

Pada tahun 2025, perusahaan ritel dan produk konsumen yang disurvei menyatakan rencana mereka untuk mengalokasikan rata-rata 3,32% dari pendapatan mereka untuk AI, setara dengan USD33,2 juta per tahun untuk perusahaan senilai USD1 miliar.

Investasi ini akan mencakup fungsi-fungsi seperti layanan pelanggan, operasi rantai pasokan, rekrutmen, dan inovasi pemasaran, yang menunjukkan perluasan AI di luar aplikasi TI tradisional.

Baca Juga:
Riset: Software Berbasis Awan Dorong Peningkatan Efektivitas Perusahaan Indonesia

Temuan utama meliputi:

Adopsi Pesat dalam Perusahaan: Laporan ini menemukan bahwa 81% dari para eksekutif yang disurvei dan 96% dari tim mereka sudah menggunakan AI pada tingkat moderat atau signifikan. Para eksekutif menyatakan keinginan memperluas penggunaan AI dengan penerapan yang lebih kompleks, seperti perencanaan bisnis yang terintegrasi, dengan rencana meningkatkan penggunaan sebesar 82% pada tahun 2025.

Transformasi Ketenagakerjaan: Para eksekutif yang disurvei memperkirakan bahwa 31% karyawan perlu mempelajari keterampilan baru untuk bekerja dengan AI dalam satu tahun ke depan, meningkat menjadi 45% dalam tiga tahun. Penggunaan AI pada layanan pelanggan yang terpersonalisasi, khususnya untuk kebutuhan dalam memberikan tanggapan dan tindak lanjut, diproyeksikan naik hingga 236% dalam 12 bulan mendatang dibandingkan tahun sebelumnya, berdasarkan survei. Selain itu, survei juga menunjukkan bahwa 55% dari peningkatan ini diharapkan melibatkan kolaborasi manusia-AI, sedangkan hanya 30% yang akan sepenuhnya dilakukan secara otomatis — menunjukkan pentingnya menyiapkan karyawan untuk integrasi AI yang mulus.

Platform Ekosistem AI: Investasi dalam platform ekosistem (perangkat yang memfasilitasi pertukaran data dan model AI) diproyeksikan akan meningkat pesat. Responden memproyeksikan pertumbuhan dari 52% saat ini menjadi menjadi 89% dalam tiga tahun ke depan, karena perusahaan berupaya untuk memadukan kemampuan AI dengan mitra bisnis dan teknologi untuk mempercepat inovasi dan mendorong efisiensi.

Kesenjangan Tata Kelola AI: Meskipun 87% dari para eksekutif yang disurvei menyatakan memiliki framework tata kelola AI yang sudah jelas, kurang dari 25% telah sepenuhnya menerapkan dan secara rutin meninjau alat untuk mengelola risiko seperti bias, transparansi, dan keamanan. Hal ini menunjukkan kesenjangan yang cukup besar pada pengawasan operasional.

Baca Juga:
Galaxy S25 Series Dilengkapi Multimodal AI, Bisa Apa Saja?

“AI kini merupakan kebutuhan strategis, dan kami melihat ada komitmen yang kuat di berbagai organisasi Indonesia yang tersebar di seluruh industri untuk mengadopsi AI yang bertanggung jawab di berbagai alur kerja mereka,” ujar Roy Kosasih, Presiden Direktur di IBM Indonesia.

“Perusahaan ritel dan produk konsumen di seluruh dunia telah bereksperimen dengan AI dan melihat manfaat yang dibawa oleh embedded AI, tidak hanya untuk meningkatan produktivitas, tetapi juga untuk meningkatkan relevansi, engagement, dan kepercayaan merek.”

Laporan ini menekankan bahwa brand yang sukses perlu mengubah cara pandang terhadap AI, dari sekadar alat meningkatkan produktivitas menjadi penggerak utama inovasi. Untuk mencapai hal ini, diperlukan Perusahaan perlu meninjau lagi tata kelola dan strategi peningkatan keterampilan.

Perusahaan Ritel juga disarankan menyesuaikan inisiatif AI agar sesuai dengan prioritas brand serta berkolaborasi dengan mitra strategis, termasuk start-up dan perusahaan teknologi. Selain itu penting untuk menghilangkan sekat antara tim keuangan, teknologi dan bisnis.

Dengan kolaborasi lintas fungsi, para pemimpin dapat membangun rencana bisnis yang menunjukkan bagaimana AI dapat memberikan keunggulan kompetitif jangka panjang.

SHARE:

Unggul di ESG, Global Infotech Solution Sabet Sertifikasi EcoVadis

World of Warships Legends Ajak Pemain Rayakan Imlek Bareng Sun Wukong di Medan Tempur