Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Riset Dell Technologies: Mayoritas Perusahaan Indonesia Kesulitan Hadapi Perkembangan Data
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Dell Technologies mengumumkan hasil riset global bertajuk "Digital Transformation Index, Kamis (26/8/2021)". Terungkap bahwa sebagian besar perusahaan di Indonesia mengalami kesulitan menangani perkembangan data yang sangat cepat.

Riset disponsori oleh perusahaan dan dilaksanakan oleh Forrester Consulting dengan melibatkan lebih dari 4.000 responden dari 45 negara. Riset dilatar belakangi oleh besarnya volume, kecepatan, dan ragam data yang membanjiri perusahaan, teknologi, sumber daya manusia, dan proses.

Dalam riset, Dell Technologies menemukan faktor kontradiksi tentang kelebihan data atau ketidakmampuan mengolah data menjadi wawasan adalah menjadi penghambat transformasi ketiga terbesar di dunia. Hasil riset menemukan tiga fakta yang sering dihadapi perusahaan dalam pengelolaan data sehingga menghambat transformasi digital.

Baca Juga:

Riset: 8 dari 10 Pekerja Indonesia Siap WFH Panjang, Tapi..

1. Perbedaan/Paradoks Persepsi

Hasil menunjukan bahwa 88% perusahaan di Indonesia belum menunjukkan kemajuan, baik dari sisi teknologi pemrosesan data dan kemampuan mereka mengelola data. Inilah yang menjadi penyebab utama terhambatnya transformasi digital perusahaan di Indonesia.

Setidaknya ada 62% perusahaan di Indonesia masih jauh dari tujuan transformasi digital mereka. Hanya 12% perusahaan di Indonesia yang masuk dalam kategori Data Champion, yaitu merupakan perusahaan-perusahaan yang secara aktif terlibat di teknologi pemrosesan data dan memiliki kemampuan mengelola data.

2. Paradoks “Ingin Lebih Dari yang Bisa Mereka Kelola”

Tercatat ada sekitar 72% perusahaan di Indonesia mengumpulkan data lebih cepat daripada kemampuan mereka untuk menganalisa dan menggunakannya. Namun 67% menyatakan mereka tetap membutuhkan lebih banyak data daripada kemampuan yang mereka miliki saat ini.

Menurut Dell Technologies, paradoks ini terjadi karena 58% perusahaan di Indonesia menyimpan mayoritas data di pusat data yang mereka miliki atau kelola sendiri. Meskipun mereka tahu manfaat dari pemrosesan data di tempat data.

3. Paradoks “Melihat Tanpa Bertindak”

Dalam 18 bulan terakhir, sektor on-demand berkembang pesat, memicu gelombang baru bisnis yang menerapkan data-pertama (data-first) dan data-dari-manapun (data-anywhere). Sekitar 12% perusahaan di Indonesia telah mengalihkan sebagian besar aplikasi dan infrastruktur TI mereka ke model as-a-Service.

Perusahaan di Indonesia (65%) melihat peluang untuk mengembangkan atau mengubah permintaan konsumen. Selanjutnya Model on-demand akan membantu 81% perusahaan di Indonesia yang saat ini tengah menghadapi salah satu atau semua hambatan berikut untuk bisa mengumpulkan, menganalisis, dan mengambil keputusan yang berbasis data dengan lebih baik.

Baca Juga:

Studi Terbaru Dell Technologies: Pandemi Global Mempercepat Transformasi Digital

“Ketika perusahaan di bawah tekanan besar untuk melakukan Transformasi Digital untuk mempercepat layanan pada pelanggan, mereka harus mendapatkan lebih banyak data dan harus bisa mengelola data yang mereka miliki dengan lebih baik," kata Richard Jeremiah, General Manager, Dell Technologies, Indonesia.

"Terlebih saat ini, dimana 38% perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa pandemi secara signifikan telah meningkatkan jumlah data yang perlu mereka kumpulkan, simpan, dan Analisa. Untuk menjadi sebuah perusahaan yang fokus pada data (data-driven) adalah sebuah perjalanan, dan mereka akan membutuhkan panduan dalam perjalanan tersebut,” tambahnya.

Meskipun banyak perusahaan mengalami kesulitan saat ini, banyak perusahaan di Indonesia yang ingin menciptakan masa depan yang lebih baik, diantaranya 54% berencana untuk menerapkan pembelajaran mesin (machine learning) untuk mengotomatisasi cara mendeteksi data anomali, 58% akan beralih ke model data as-a-service dan 55% berencana untuk melakukan evaluasi menyeluruh kinerja stack mereka agar bisa merancang ulang cara mereka memproses dan menggunakan data dalam 1-3 tahun ke depan.

SHARE:

Qualcomm Luncurkan Snapdragon X Plus untuk Perkuat Lini PC

Starlink Punya Market Berbeda, XL Axiata Sebut Bukan Kompetitor