Technologue.id, Jakarta - Satelit Aeolus telah mengorbit Bumi pada ketinggian 200 mil selama lima tahun. Satelit tersebut diprediksi akan jatuh ke Bumi pada pekan ini lantaran bahan bakarnya hampir habis.
Kapan satelit itu jatuh persisnya tidak diketahui, namun tarikan gravitasi Bumi, gumpalan atmosfer maupun aktivitas matahari mungkin saja membuat satelit itu lebih cepat kembali ke Bumi.
Baca Juga:
Google Tingkatkan Kemampuan Chatbot AI Bard, Dukung 40 Bahasa
Dikutip News.sky, kabar jatuhnya satelit seukuran mobil kecil ini datang dari Badan Antariksa Eropa (ESA). ESA mengatakan satelit Aeolus dengan berat 1,3 ton kehabisan bahan bakar dan jatuh sekitar 0,6 mil (1 km) dalam sehari.
Meski sebagian besar bagian satelit akan terbakar di atmosfer, beberapa puing diperkirakan akan mencapai permukaan planet, kemungkinan besar pada akhir Juli atau awal Agustus.
Penduduk di Bumi tidak perlu khawatir, badan antariksa menggunakan bahan bakar yang tersisa dalam upaya untuk mengarahkan pesawat ruang angkasa dengan aman ke bagian terpencil planet ini.
Tim Flohrer, kepala Space Debris Office ESA mengatakan, "Upaya masuk kembali yang dibantu ini melampaui peraturan keselamatan untuk misi, yang direncanakan dan dirancang pada akhir 1990-an".
"Begitu ESA dan mitra industri menemukan bahwa mungkin untuk mengurangi risiko yang sudah minimal terhadap kehidupan atau infrastruktur, roda mulai bergerak," katanya.
Baca Juga:
Saingi ChatGPT, Elon Musk Rekrut Beberapa Teknisi Bikin Startup xAI
Aeolus telah mengorbit planet ini pada ketinggian 200 mil (320 km) selama lima tahun dengan tugas mengukur angin di atmosfer untuk memperbaiki prakiraan cuaca.
Diharapkan satelit melintas dan terjun ke laut, jauh dari daratan.