Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Faktor Penyebab "Perang Dingin" Antara Google dengan Pengembang Industri Game
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Beberapa perusahaan gaming terkenal seperti Microsoft, Activision Blizzard, dan Epic Games kini mengambil jarak dari Google. Perusahaan tersebut sedang mencari cara lain untuk menjangkau pemain mereka.

Pada bulan Agustus 2021, perusahaan Microsoft telah mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan dukungan untuk aplikasi Xbox di Google Play Store. Para pengguna Android tidak bisa mengunduh aplikasi Xbox melalui Play Store, melainkan mengunduhnya langsung dari situs web resmi Microsoft.

Activision Blizzard adalah perusahaan pengembang game yang mengeluarkan game populer seperti Call of Duty dan World of Warcraft. Pada September 2021 lalu, mereka mengumumkan bahwa akan menarik dukungan untuk beberapa game mobile dari Google Play Store dan App Store. 

Baca Juga:
Microsot Akuisisi Activision Blizzard Senilai Rp1.000 Triliun!

Epic Games merupakan pengembang di industri game yang mengeluarkan game populer seperti Fortnite. Pada bulan Agustus 2021, mereka juga mengumumkan bahwa akan menarik game Fortnite dari Google Play Store dan App Store. 

Ketiga perusahaan gaming tersebut memiliki alasan yang hampir sama, yakni mengurangi biaya yang dibebankan oleh toko aplikasi dan meningkatkan pengalaman pengguna dengan menyediakan dukungan melalui platform game mereka sendiri.

Jelas bahwa perusahaan-perusahaan tersebut mengambil langkah untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan menyediakan dukungan yang lebih baik. 

Akan tetapi ini juga menunjukkan adanya pergeseran dalam cara perusahaan-perusahaan ini menjangkau pemain mereka.

 Baca Juga:
Meta, Microsoft, dan Epic Games Bikin Konsorsium Metaverse

Dengan menarik dukungan dari toko aplikasi Google, beberapa perusahaan tersebut dapat mengontrol lebih banyak aspek dari pengalaman pengguna dan meningkatkan pendapatan dengan menghindari biaya yang dibebankan oleh Google.

Namun, ini juga berarti bahwa pemain mungkin harus mengambil tindakan ekstra untuk mengunduh aplikasi dan game tersebut. Atau mungkin juga mengalami kesulitan dalam mencari dukungan jika mereka mengalami masalah.

Dari fenomena tersebut, dapat dipahami bahwa pergeseran industri gaming yang dilakukan beberapa perusahaan tersebut ingin mengambil kendali atas pengalaman pengguna dan pendapatan mereka sendiri. 

Ini mungkin akan menjadi tren yang akan terus berkembang di masa depan. Kita akan melihat lebih banyak perusahaan gaming yang mengambil langkah serupa untuk meningkatkan kontrol dan pendapatan mereka.

SHARE:

Biaya Rencana Pengembangan AI Meta Diprediksi Capai hingga Rp648 Triliun

Rumor Nintendo Switch 2 Memiliki Fitur Joy-Con Magnetik