Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Google Pecat Karyawan Suarakan Protes Genosida Palestina
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Google memecat seorang engineer yang melakukan protes pro-Palestina saat pidato utama perusahaan di Kota New York. Karyawan tersebut melancarkan protes ketika kepala Google Israel Barak Regev berpidato di konferensi industri MindTheTech.

“Saya menolak untuk membangun teknologi yang mendukung genosida, apartheid atau pengawasan,” teriak mantan karyawan Google Cloud pada Senin dalam sebuah video yang kemudian menjadi viral secara online.

Baca Juga:
Tak Hanya Amazon, Badai PHK Menyerang 1.000 Karyawan Google

Proyek Nimbus membahayakan anggota komunitas Palestina,” teriaknya ketika petugas keamanan mengawalnya keluar dari area tersebut. "Tidak ada cloud apartheid."

Seorang juru bicara Google mengatakan kepada outlet berita CNBC bahwa karyawan tersebut dipecat karena mengganggu acara resmi yang disponsori perusahaan.

“Perilaku ini tidak baik, apa pun masalahnya, dan karyawan tersebut dipecat karena melanggar kebijakan kami,” kata juru bicara tersebut.

Project Nimbus telah lama dikecam oleh para pendukung pro-Palestina, termasuk mereka yang berada di jajaran Google. Proyek ini mencakup kontrak lebih dari US$1 miliar antara Google dan Amazon, serta pemerintah dan militer Israel, untuk menyediakan layanan komputasi cloud kepada Tel Aviv.

Baca Juga:
Apple Resmi Menghentikan Proyek Mobil Listrik, Ribuan Karyawan Terancam PHK

Surat terbuka pada 2021 dari karyawan Google dan Amazon yang diterbitkan di Guardian mengecam kontrak tersebut, dengan mengatakan hal itu akan membuat diskriminasi dan pengusiran sistematis yang dilakukan oleh militer dan pemerintah Israel menjadi lebih kejam dan mematikan bagi warga Palestina.

“Teknologi ini memungkinkan pengawasan lebih lanjut dan pengumpulan data yang melanggar hukum mengenai warga Palestina, dan memfasilitasi perluasan pemukiman ilegal Israel di tanah Palestina,” kata surat tersebut, yang ditandatangani oleh 90 pekerja di Google dan lebih dari 300 pekerja di Amazon pada saat itu.

“Kami tidak bisa melihat ke arah lain, karena produk yang kami buat digunakan untuk mengabaikan hak-hak dasar warga Palestina, memaksa warga Palestina keluar dari rumah mereka dan menyerang warga Palestina di Jalur Gaza,” tambahnya.

Suara-suara tersebut tampaknya tumbuh di dalam perusahaan di tengah perang yang sedang berlangsung di Israel di Gaza.

SHARE:

Biaya Rencana Pengembangan AI Meta Diprediksi Capai hingga Rp648 Triliun

Rumor Nintendo Switch 2 Memiliki Fitur Joy-Con Magnetik