Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Hadapi Perlambatan Ekonomi, Bisnis Dituntut Investasi Sektor Teknologi
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Ancaman perlambatan ekonomi dunia pada 2023, bisa diantipasi dunia bisnis melalui transformasi digital. Digitalisasi akan menjadi penentu sejauh mana bisnis Indonesia mampu menghadapi ancaman perlambatan ekonomi tersebut.

Ekonom INDEF, Nailul Huda menyampaikan bahwa akan ada perlambatan ekonomi yang
dampaknya akan dirasakan oleh seluruh industri, termasuk industri digital tanah air. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global tersebut disampaikan nailul membuat optimisme ekspektasi gross merchendise value (GMV) menurun di tahun 2025.

"Laporan tahun 2021 dan 2022 yang saya
ambil dari data yang dikeluarkan oleh Google, Temasek dan Bain menyebutkan potensi GMV pada tahun 2025 mencapai USD146 billion. Namun, pada tahun 2022 menurun menjadi USD130 billion," ungkapnya.

Lebih lanjut, Investasi bidang digital paling tinggi berada di Singapura dan kedua adalah Indonesia. Namun, pada tahun 2022, persentase destinasi investasi ekonomi digital Indonesia mengalami penurunan.

Baca Juga:
Penyebab Nilai Investasi Startup Indonesia Makin Merosot

Dalam acara Digital Industry Forecast (DIECAST) 2023 yang digelar oleh Techbiz Indonesia, dalam menghadapi perlambatan ekonomi ini, Country Lead ZOHO Indonesia, Handito Saroso menyampaikan bahwa investasi di bidang teknologi justru sangat dibutuhkan perusahaan saat mengalami kondisi sulit bukannya malah mengurangi penggunaan teknologi. Karena ketika mereka menginvestasikan kepada teknologi ada banyak manfaat yang didapatkan seperti
efisiensi biaya.

Survei IDC Future Enterprise Resiliency & Spending 2022 – Wave 5 (2022) juga mengungkapkan bahwa lebih dari 60% organisasi di Indonesia, Malaysia, dan Singapura telah menetapkan program ketahanan infrastruktur digital sebagai prioritas tinggi menyusul ketidakpastian akibat ketegangan geopolitik, inflasi, gangguan rantai pasokan, dan mengelola pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung.

Sementara itu, bisnis teknologi sendiri disampaikan Handito pertumbuhannya masih sangat bagus. Berdasarkan data Gartner, pertumbuhan bisnis digital secara global tumbuh 5%.

Sedangkan di Indonesia sendiri bisnis digital masih bisa tumbuh double digit.

Menghadapi perlambatan ekonomi ini menurut Handito yang pertama harus dilakukan oleh dunia bisnis adalah mendefinisikan ulang terkait arah bisnis dan prioritas bisnis mereka.

"Banyak perusahaan digital yang sedang mengkondisikan ulang bisnis mereka untuk membenahi fundamentalnya. Jadi ketika marketnya naik lagi mereka jauh lebih siap dan mereka mempunyai runway yang lebih panjang," ungkapnya.

Baca Juga:
Ekonomi Digital jadi Penopang Pembangunan dan Kesejahteraan Sosial

Yang kedua, pelaku bisnis harus meningkatkan pertumbuhan implementasi teknologinya di area yang saat ini belum terdigitalisasi. Bagi perusahaan yang sudah cukup mapan secara teknologi tetap ada potensi dilakukan improvement, seperti menggunakan teknologi yang lebih baru
sehingga bisa membantu mereka berjalan lebih efisien atau mereka bisa mensubtitusi teknologi yang mereka gunakan dengan teknologi yang lebih affordable tetapi secara fungsional masih sama seperti yang mereka miliki sekarang.

Hal senada juga disampaikan Ketua Umum Masyarakat Telematika (MASTEL) Sarwoto
Atmosutarno yang menekankan bahwa transformasi digital harus dapat diakselerasi lagi pertumbuhannya agar Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dari sektr digital dapat meningkat. Saat ini porsi PDB digital Indonesia kurang lebih 5,5% sedangkan PDB Nilai pasar (benchmark OECD sebesar 30%), sementara pertumbuhan Industri Komputer dan Elektronika turun -0,51% (BPS 2019).

Untuk dapat mewujudkan digitalisasi ini menurut Sarwoto perlu dilakukan beberapa langkah seperti mempromosikan teknologi baru baik dari sisi akses maupun jangkauan serta kapasitasnya.

SHARE:

Poco Respon Keluhan HP Meledak Saat Dicas

Spotify Tambah 1000 Koleksi Audiobook