Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
71% Perusahaan Sulit Rekrut Tenaga Ahli Keamanan Siber
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Fortinet merilis hasil penelitian terbaru tentang permasalahan utama seputar ketidaktersediaan, rekrutmen, keberagaman, dan kesadaran keamanan tenaga ahli keamanan siber.

Survei yang digelar di Asia Tenggara dan Hong Kong itu menunjukkan 71% perusahaan yang disurvei mengaku kesulitan merekrut tenaga ahli berkualifikasi di bidang keamanan siber (cybersecurity). Sedangkan 63% di antaranya setuju konsekuensi dari kurangnya tenaga ahli tersebut adalah buruknya tingkat keamanan siber perusahaan.

Baca Juga:

Cloudflare Down Sebabkan Banyak Website Gagal Akses


Laporan tersebut mengungkapkan bahwa kurangnya tenaga ahli keamanan siber kerap menimbulkan berbagai tantangan dan dampak beruntun bagi perusahaan-perusahaan di Asia, termasuk terjadinya pelanggaran keamanan yang diikuti dengan kerugian finansial.

“Bertambahnya perusahaan yang menggunakan teknologi berbasis cloud dan automasi pun semakin memperburuk permasalahan ketidaktersediaan tenaga ahli keamanan siber ini,” kata Vice President of Marketing and Communications Asia, Fortinet Rashish Pandey.

Fortinet berkomitmen atasi kesenjangan keahlian ini dengan bikin agenda peningkatan pelatihan yang dinamakan Training Advancement Agenda (TAA) dan susun program lembaga pelatihan. Hal ini untuk tingkatkan akses dan jangkauan sertifikasi, termasuk pelatihan keamanan siber yang dianggap penting bagi perusahaan yang mau rekrut tenaga ahli, sebagaimana terungkap dalam survei.

Baca Juga:

Ransomware Magniber Bidik Warga Tajir Singapura

“Fortinet menjanjikan 1 juta tenaga ahli terlatih pada tahun 2026 nanti, dan melalui kerja sama dengan mitra lokal, kami telah menerbitkan lebih dari 840.000 sertifikat sejak program dimulai,” tambah Pandey.

Laporan kesenjangan keahlian Fortinet menunjukkan betapa pentingnya pelatihan dan sertifikasi bagi perusahaan untuk mengatasi kesenjangan keahlian. Laporan regional itu mengungkapkan bahwa 97% pimpinan perusahaan yakin bahwa sertifikasi yang berfokus pada teknologi berikan dampak positif buat peran dan tim mereka, sedangkan 86% pimpinan perusahaan cenderung mempekerjakan tenaga ahli bersertifikat.

Baca Juga:

Senjata Baru Microsoft Melawan Penjahat Siber di Ponsel

Selain itu, 89% responden mengaku bersedia membayar agar karyawan mereka bisa dapatkan sertifikasi keamanan siber. Semakin tingginya kesadaran dan pemahaman betapa pentingnya keamanan siber jadi salah satu alasan utama sertifikasi sangat dihargai.

SHARE:

Google Batal Bikin Pixel Tablet 2, Hindari Persaingan dengan Apple?

Ini Respons Kemenperin soal Proposal Investasi Apple Rp1,58 Triliun