Technologue.id, Jajarta - Mantan CEO Google, Eric Schmidt baru-baru ini mengungkapkan bahwa Amerika Serikat di ambang bahaya dalam persaingan teknologi dengan China. Ungkapan tersebut ia tuangkan pada sebuah artikel opini di New York Times. Dilansir dari Business Insider Pada Selasa (3/3/2020), Schmidt mengatakan, "Pada 2020 China akan menyusul, di 2025 mereka akan lebih baik dari kota, dan pada 2030 mereka akan mendominasi industri kecerdasan buatan. Mereka akan menggunakan teknologi ini untuk tujuan komersial maupun militer, dengan segala macam implikasi." Mantan bos Google itu juga mengatakan bahwa persaingan antara AS dan China tidak dapat dimenangkan oleh swasta saja. Schmidt melanjutkan, pemerintah AS perlu kembali turun tangan dalam perlombaan ini dengan serius.
Baca Juga: Google ‘Ngemis’ Demi Bisnis
Untuk itu, Schmidt meminta pemerintah federal untuk menempatkan kepentingan nasional di seluruh teknologi yang muncul. Dengan berfokus pada bidang penelitian yang dapat meningkatkan pertahanan dan keamanan nasional. Schmidt menyerukan agar pemerintah AS khususnya Departemen Pertahanan untuk berfokus pada beberapa bidang penelitian. Ia menganggap penelitian yang penting meliputi kecerdasan buatan, bioteknologi, komputasi kuantum, dan hipersonik. Dia juga meminta Kongres untuk menyetujui proposal anggaran pertahanan Presiden Trump dengan jumlah anggaran tertinggi dalam 70 tahun terakhir. Proposal anggaran Gedung Putih tahun 2020 itu mencakup $ 705,4 miliar.Baca Juga: Samsung Sediakan Baseband 5G untuk Sejumlah Operator
Menurut Schmidt, Pemerintah harus mulai menempatkan kepentingan nasional di atas teknologi yang muncul. Sebab tanpa prioritas tersebut, rencana China untuk mendominasi teknologi akan berhasil. "Pada akhirnya, China akan bersaing untuk menjadi inovator terkemuka dunia. Sementara Amerika Serikat tidak akan meraih kemenangan," pungkasnya.