Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
NetApp: Ini 5 Trend IT di Tahun 2018
SHARE:

Technologue.id, Jakarta – Sejumlah pakar dan vendor teknologi sudah memprediksikan beberapa trend teknologi yang populer di tahun 2018 ini. NetApp salah satunya. Berikut prediksi NetApp di tahun 2018 ini.

  1. Pengolahan data secara otomatis
Sekarang, kita memiliki banyak proses yang mengambil tindakan atas data dan menentukan bagaimana data bergerak, dikelola, dan dilindungi. Seiring dengan data yang menjadi semakin sadar diri dan bahkan lebih beragam dari sekarang. Misalnya, metadata yang merupakan data atau informasi yang menyediakan informasi atas satu atau lebih aspek dari data lainnya akan memungkinkan data untuk secara proaktif memindahkan, mengkategorikan, menganalisa dan melindungi dirinya sendiri. Alur antara elemen data, aplikasi dan storage akan terpeta secara real-time ketika data menghantarkan informasi yang diperlukan pengguna ketika diperlukan. Hal ini juga memperkenalkan kemampuan data untuk mengatur dirinya sendiri. Data itu sendiri akan menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengakses, berbagi dan mengguna data tersebut, yang dapat memiliki implikasi yang lebih luas, secara eksternal, untuk perlindungan, privasi, pengaturan dan kedaulatan data. “Contohnya jika anda berada dalam sebuah kecelakaan mobil, mungkin terdapat sejumlah kelompok yang berbeda yang ingin atau menuntut akses data dari mobil anda. Seorang hakim atau perusahaan asuransi mungkin memerlukan data tersebut untuk menentukan pertanggungjawaban, sementara produsen otomotif terkait mungkin menginginkan data tersebut untuk mengoptimalkan performa rem atau sistem mekanis lainnya,” Weera Areeratanasak, Regional Director MIT NetApp menjelaskan kepada Technologue.id di kawasan Senayan, Jakarta. Ketika data itu sadar diri, data tersebut dapat ditandai agar data tersebut dapat mengendalikan siapa yang dapat melihat bagian apa dari data tersebut dan kapan. Dengan begitu tidak perlu adanya intervensi manusia yang menghabiskan waktu dan memiliki resiko human error ketika membagi-bagi data, memberikan persetujuan dan menyebarkan data-data berharga.

Baca juga:

CEO Google: Penemuan AI Lebih Penting daripada Api dan Listrik

  1. Mesin virtual menjadi mesin ridesharing
Mengelola data yang semakin terdistribusi akan semakin cepat, murah dan nyaman dengan menggunakan mesin virtual, dan diprovisi melalui infrastuktur webscale, dibandingkan dengan mesin fisik. “Misalnya membeli mobil dibandingkan dengan menyewa atau menggunakan ridesharing seperti Go-Jek atau Grab. Jika anda adalah sesorang yang membawa banyak bawaan setiap harinya, akan lebih masuk akal untuk anda membeli sebuah truk. Namun, untuk orang mungkin hanya membutuhkan salah satu jenis kendaraan dalam satu periode waktu tertentu saja, menjadikannya lebih praktis untuk menyewa,” tegas Weera. Pemikiran yang sama juga berlaku dalam konteks mesin virtual dibandingkan dengan mesin fisik. Perangkat keras yang disiapkan sesuai dengan kebutuhan bisa jadi memerlukan biaya yang lebih besar, namun untuk beban kerja yang konsisten dan intensif, berinvestasi pada infrastruktur fisik bisa jadi lebih masuk akal. Contoh sebuah mesin virtual dengan beban kerja beragam yang mendukung cloud bisa jadi seperti halnya menyewa, dimana pengguna dapat mengakses mesin virtual tanpa memilikinya atau tanpa perlu tahu detil-detil terkait mesin virtual tersebut. Terlebih lagi, ketika masa sewa berakhir, mesin virtual ini juga tidak akan ada lagi. Mesin virtual yang diprovisi di infrastuktur webscale seperti komputasi tanpa server serupa dengan layanan ridesharing untuk kpmputasi, dimana pengguna hanya perlu menspesifikasikan tugas yang perlu diselesaikan. Mereka menyerahkan detil selebihnya kepada penyedia layanan cloud untuk membereskannya, membuat hal ini lebih nyaman dan mudah untuk digunakan dibandingkan dengan model-model tradisional untuk tipe-tipe beban kerja tertentu.

Prev Next Page 1 of 2
SHARE:

Google Batal Bikin Pixel Tablet 2, Hindari Persaingan dengan Apple?

Ini Respons Kemenperin soal Proposal Investasi Apple Rp1,58 Triliun