Teknologi lain yang dipamerkan adalah StoryAI, platform yang dikembangkan oleh ZEAL. Platform ini menganalisis emosi audiens dan memberikan wawasan yang membantu pengembang menyempurnakan elemen naratif sebelum peluncuran, memberikan gambaran sekilas tentang bagaimana AI dapat membentuk storytelling.

Álvaro Sáez, salah satu pendiri dan CEO perusahaan rintisan Spanyol HechicerIA, yang mengkhususkan diri dalam penggunaan AI untuk mengubah teks menjadi video 3D, melihat Jepang sebagai pasar utama bagi masa depan AI.

"Apa yang membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun sekarang dapat dipersingkat menjadi beberapa minggu atau hari di masa mendatang," kata Sáez, sambil mengakui pentingnya mematuhi peraturan hak cipta dalam pengembangan AI.

Namun, tidak semua orang di industri ini yakin akan manfaat AI. Robert Pontow, direktur operasi penerbit Beep yang berbasis di Jepang menyuarakan kekhawatiran tentang peran AI dalam storytelling kreatif.

"Saat ini, Anda dapat membuat novel visual hanya dengan menggunakan AI. AI dapat menulis cerita dan bahkan menciptakan karya seni. Sejujurnya, saya tidak menyukainya. Saya dapat melihatnya digunakan untuk konten murah, tetapi saya berharap AI tetap ditujukan untuk audiens tertentu," jelasnya.