Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Nasib Naas Ekosistem Startup Teknologi di Palestina
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Serangan bom dari Israel terhadap wilayah Palestina sejak awal Oktober lalu tidak hanya menyebabkan korban jiwa namun juga menghancurkan sistem perekonomian yang perlahan dibangun oleh ekosistem startup lokal.

Gaza, meski merupakan salah satu wilayah yang paling terbawah secara ekonomi di dunia, ironisnya selalu menjadi pusat teknologi. Tidak hanya bagi rakyat Palestina, namun juga bagi dunia. Perusahaan-perusahaan internasional selama bertahun-tahun telah menggagas kolaborasi dengan pekerja lepas teknologi berbakat dan startup yang muncul secara bertahap dari wilayah ini.

Founder asal Palestina, Ram Mere, memperkenalkan startupnya, Olivery, ke dalam program Startups Without Borders yang diadakan oleh Meta untuk mendukung dan melatih wirausahawan lokal. Salah satu dari 10 finalis, Mere membawa pulang peringkat kedua dan cek senilai US$15.000 atau lebih dari Rp200 juta. Olivery memberikan solusi logistik kepada 100 klien di tujuh negara dan sebagian besar mempekerjakan warga Palestina di Tepi Barat.

Baca Juga:
Benarkah Starlink Milik Elon Musk Sediakan Internet di Gaza?

Dilansir dari Business and Human Rights, namun di tengah kekacauan perang, Mere tidak tahu apakah seluruh karyawannya di Gaza selamat. Dia mengenang seseorang yang terus bekerja selama dua hari setelah pertempuran dimulai. "Sekarang tidak ada apa-apa," katanya. "Mereka tidak punya internet, dan saya tidak yakin apakah dia masih hidup atau tidak."

Seperti startup Palestina lainnya, Olivery telah menjadi titik terang bagi dunia teknologi lokal yang sedang berkembang, seiring banyaknya perusahaan baru, inkubator, dan akselerator di seluruh Gaza dan Tepi Barat. Ekosistem teknologi tersebut dipandang sebagai bagian penting dari masa depan ekonomi Palestina, kata para pendiri dan investor Palestina.

Israel telah memutus akses terhadap air, makanan, dan listrik bagi warga sipil dan evakuasi tersebut disebut sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan" oleh PBB. "Tidak mungkin memberikan bantuan atau apa pun untuk mendukung karyawan saya di Gaza," kata pendiri Mo Jebrini. Sekitar 30% dari tim Palestinanya bermarkas di daerah kantong tersebut.

Menurut Fast Company Middle East, komunitas startup Palestina telah menerima dana US$9,5 juta untuk seluruh tahun 2021, dengan penilaian gabungan sebesar $66 juta.

Baca Juga:
TikTok Take Down Jutaan Akun dan Konten Konflik Israel-Hamas

Di Gaza, di mana tingkat pengangguran mencapai hampir 50%, pekerjaan teknologi yang paling umum bagi penduduk terlatih adalah sebagai pekerja lepas TI online, dengan outsourcing mencakup sekitar 80% sektor teknologi Palestina.

“Kurangnya kebutuhan dasar membuat hampir mustahil bagi siapa pun untuk melanjutkan pekerjaan mereka, dan percayalah, pekerjaan bukanlah prioritas bagi mereka saat ini dengan segala hal yang mereka hadapi,” Leen Abubaker, manajer program di Flow Accelerator dan salah satu pendiri Flow Accelerator startup dampak sosial Sawaed19.

"Banyak bangunan yang digunakan oleh para pekerja lepas IT di Gaza untuk melakukan pekerjaan untuk perusahaan internasional, termasuk kantor dan ruang kerja bersama, telah hancur," katanya.

Kondisi ini termasuk kantor pusat Gaza Sky Geeks, pusat teknologi yang didirikan pada tahun 2011 dengan dukungan dari induk Google, Alphabet, dan organisasi nirlaba Mercy Corp. Gaza Sky Geeks menyediakan investasi awal (pre-seed), pelatihan, dan sumber daya teknologi bagi penduduk Gaza di Palestina.

Direktur regional Mercy Corps untuk Timur Tengah, Arnaud Quemin, mengatakan bahwa anggota timnya saat ini sedang berada di tempat perlindungan. Pasalnya, saat ini tidak bisa beroperasi secara aman di Gaza.

Kehancuran fisik, ekonomi, dan sosial yang diakibatkan perang berkepanjangan ini membuat masa depan industri teknologi di sana menjadi layu sebelum berkembang.

SHARE:

Biaya Rencana Pengembangan AI Meta Diprediksi Capai hingga Rp648 Triliun

Rumor Nintendo Switch 2 Memiliki Fitur Joy-Con Magnetik