Technologue.id, Jakarta - Industri hospitality merupakan salah satu yang terdampak paling besar karena pandemi COVID-19. Berbagai kebijakan pergerakan masyarakat, pembatasan sosial dan penutupan akses perjalanan membuat okupansi mengalami penurunan signifikan, baik bagi pelaku industri berskala besar maupun kecil.
Survei dari Mckinsey mengenai sentimen konsumen indonesia selama pandemi COVID-19 juga menemukan penurunan signifikan pada minat konsumen di Indonesia untuk melakukan perjalanan. Minat responden untuk melakukan perjalanan domestik menurun sebanyak 80%, perjalanan internasional sebanyak 86%, dan minat untuk menginap di hotel sebanyak 84%.
Sementara itu, survei dari Persatuan Hotel dan Restoran di Indonesia bersama Horwath HTL memprediksi pandemi akan mempengaruhi kinerja sektor perhotelan selama 4-6 bulan, dengan tingkat hunian yang berkurang 25% - 50% year on year pada semester awal 2020 . Hal ini pun memaksa industri untuk mampu beradaptasi terhadap kondisi dan bersiap menghadapi fase "The New Normal" sebagai akibat dari pandemi, guna menjaga keberlangsungan bisnis.
Lebih lanjut, perubahan dalam industri hospitality karena adanya pandemi juga mulai terlihat dari tren pemesanan dalam beberapa bulan terakhir. Data internal OYO pun mencatat bahwa jika sebelumnya tren pemesanan didominasi oleh penginapan untuk jangka pendek-menengah dengan rata-rata durasi menginap 1-3 hari, kini dalam satu bulan terakhir, terdapat lebih banyak pemesanan kamar yang dilakukan untuk jangka panjang dengan rata-rata durasi menginap 7-14 hari. Tren ini diperkirakan juga didukung adanya himbauan untuk melakukan isolasi mandiri setidaknya selama 14 hari, dan didominasi oleh mereka yang tidak dapat bekerja dari rumah, seperti para tenaga medis dan pekerja di sektor vital (perbankan dan logistik).
Beradaptasi pada perubahan semakin menjadi kunci bagi pelaku industri hospitality untuk bertahan di tengah tekanan ekonomi yang signifikan bagi industri saat ini. Sebagai salah satu pelaku industri, OYO tetap berkomitmen untuk berorientasi pada strategi bisnis jangka panjang, dan saat ini fokus OYO terarah kepada menjaga kekuatan finansial dan independensi yang menjadi kunci bagi operasional dan performa bisnis perusahaan. Selain itu, penerapan standar operasional berdasarkan protokol kesehatan juga menjadi fokus OYO saat ini.
"Sebagai langkah konkretnya, secara global fokus kami adalah untuk memastikan sumber pendapatan terus optimal, baik dari sisi bisnis akomodasi maupun non akomodasi, sambil terus memastikan OYO tetap memberikan layanan terbaik bagi para pelanggan. Penyesuaian yang kami lakukan saat ini pun tetap mempertimbangkan skala prioritas bagi karyawan dan mitra kami; yaitu memastikan setiap karyawan kami tidak kehilangan pekerjaannya serta terus mendukung bisnis mitra kami agar tetap berjalan di tengah situasi sulit ini," jelas Eko Bramantyo, Country Head Emerging Business OYO Indonesia.
Selain itu, berbagai inisiatif dan kolaborasi juga perlu untuk terus digalakkan sebagai upaya dalam meminimalisir dampak dari pandemi. Dibawah kampanye #FightCovidwithOYO dan #OYOkuatlawancorona, OYO terus memastikan berbagai upaya yang mampu meminimalisir dampak dari pandemi bagi para karyawan, mitra, dan pelanggan, diantaranya 1) melindungi para mitra pemilik properti untuk melewati krisis, 2) meringankan beban para tenaga medis yang berada di garda depan penanganan COVID-19, 3) membantu para wisatawan yang terpaksa terisolasi di sejumlah wilayah, serta 4) membantu masyarakat setempat yang membutuhkan atau disarankan untuk melakukan isolasi mandiri.
"Kami menyadari bahwa solidaritas dan kolaborasi yang terintegrasi menjadi kunci untuk mempercepat penanganan COVID-19 dan meminimalisir dampaknya. Kami mengapresiasi OYOpreneur, para mitra, pemerintah dan otoritas setempat hingga rumah sakit di berbagai negara tempat kami beroperasi yang telah mendukung inisiatif OYO untuk turut membantu penanganan pandemi ini. Terlepas dari tekanan ekonomi yang signifikan bagi industri kami saat ini, OYO tetap berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi bagi komunitas, terlebih dalam masa-masa yang sulit ini," ungkap Eko Bramantyo, Country Head Emerging Businesses OYO Indonesia.
OYO juga terus berupaya untuk membantu dan mendukung para mitranya agar bisnis mereka tetap berjalan melewati kondisi sulit ini dan mampu beradaptasi guna menghadapi "The New Normal" nantinya. Diantaranya adalah dengan menerapkan standar operasional yang sesuai dengan protokol kesehatan, serta rekomendasi strategi bisnis yang relevan dengan situasi pandemi ini. Selain itu, sektor perhotelan di Indonesia yang tetap diperbolehkan untuk beroperasi di tengah pandemi ini, membuat OYO berkomitmen untuk memaksimalkan segala kesempatan yang ada walau di tengah berbagai keterbatasan dan tantangan demi keberlangsungan bisnis para mitra.
Menuju The New Normal di Industri Hospitality
Riset dari Deloitte yang bertajuk Hospitality Impact of COVID-19 merekomendasikan beberapa langkah yang dapat diambil oleh pelaku industri hospitality dalam menghadapi fase pasca pandemi COVID-19. Langkah-langkah tersebut meliputi 1) memperhatikan dampak terhadap okupansi dan tingkat pendapatan sembari membuat rencana mitigasi darurat, dan 2) beradaptasi dan berinovasi secara berkala terhadap situasi yang terus berubah .
Sebagai pelaku industri, OYO melihat setidaknya akan terdapat beberapa perubahan yang mendasar dalam pola pelayanan industri hospitality seiring dengan perubahan preferensi konsumen dalam melakukan perjalanan wisata pasca pandemi, sebagai berikut:
- Peran teknologi yang semakin krusial
Dampak COVID-19 pada industri hospitality turut memperlihatkan pentingnya peranan teknologi pada industri ini. Salah satu poin penting peranan teknologi di industri hospitality adalah mempersiapkan industri untuk memberi rasa aman bagi para pelanggan ketika mereka harus bepergian, dengan menciptakan standar operasi higienis salah satunya melalui mekanisme pemesanan tanpa kontak fisik demi keselamatan dan keamanan pelanggan. Sebagai jaringan akomodasi, teknologi adalah DNA perusahaan bagi OYO. Kekuatan teknologi cloud dan manajemen data dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi kerja jarak jauh, demi memenuhi kebutuhan jaga jarak sosial. Selain itu, untuk meminimalisir kontak fisik pada proses check-in dan check-out juga lebih mudah dilakukan melalui proses pemesanan mandiri yang sepenuhnya dapat dilakukan melewati aplikasi OYO di perangkat para pelanggan.
- Perjalanan domestik diprediksi akan tumbuh
Guna meminimalisir risiko penularan, masyarakat akan cenderung menunda perjalanan yang tidak penting atau untuk menghemat pengeluaran. Selain itu, industri pariwisata juga masih dituntut untuk menjalankan operasional sesuai dengan protokol kesehatan. Sebagai contoh industri penerbangan harus menawarkan kursi terbatas pada setiap perjalanannya dan berakibat pada peningkatan harga tiket pesawat. Sehingga, masyarakat akan cenderung memilih perjalanan domestik, yang akan mendorong pertumbuhan di sektor pariwisata lokal. Para wisatawan juga diprediksi akan cenderung melakukan perjalanan ke tujuan yang lebih terpencil dan tidak banyak kerumunan orang. Sehingga, memetakan destinasi baru sesuai preferensi wisatawan pasca pandemi serta memastikan kesiapan dari sisi keamanan sesuai dengan protokol kesehatan menjadi kesempatan bagi pelaku industri pariwisata dan pemerintah setempat, agar industri ini dapat segera bangkit dari kondisi sulit akibat pandemi ini.
- Sinyal baik bagi sektor hotel budget dan independen
Perilaku penghematan serta penerapan kebiasaan baru di fase The New Normal, membuat wisatawan cenderung memilih melakukan staycation di hotel - hotel budget dengan skala kecil yang memberikan pengalaman menginap unik. Hotel-hotel boutique dengan kapasitas yang lebih kecil ini akan lebih diminati karena dapat memberikan rasa aman dan nyaman ketika berlibur pasca COVID-19 dikarenakan pelanggan dapat menghindari kerumunan orang demi menjaga jarak sosial dan higienitas saat menginap.
Adaptasi secara cepat dan memanfaatkan peluang menjadi kunci dalam menghadapi perubahan perilaku dan preferensi konsumen di industri pariwisata pasca pandemi. Lebih lanjut, data internal OYO mencatat performa hotel OYO di Indonesia perlahan mulai membaik seiring dengan berbagai inisiatif yang dilakukan baik dari sisi operasional maupun bisnis. Tingkat okupansi yang berada di bawah 20% pada April 2020, kini mulai menunjukkan grafik peningkatan sejak Mei 2020, dengan 92% pemesanan selama pandemi dilakukan melalui kanal penjualan yang dikelola OYO seperti aplikasi, web, dan micro market selling OYO.
"Sebagai perusahaan akomodasi berbasis teknologi, DNA OYO adalah fokus melakukan inovasi baik secara operasional maupun bisnis, guna memberikan solusi bagi para mitra dan pelanggan. Pandemi memang memberikan tantangan berat bagi kami, namun komitmen kami adalah tetap untuk memberikan pelayanan terbaik dengan beradaptasi pada kondisi pasar," tutup Eko.