Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Virtual Reality Hadirkan Sensasi Sentuhan
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Sistem virtual reality saat ini hanya dapat menghadirkan sensasi visual yang mendalam, tetapi pengguna belum dapat merasakan sentuhan apa pun. 

Perangkat baru yang dikembangkan di Universitas Carnegie Mellon, menggunakan kawat yang dikaitkan pada jari dan tangan untuk menimbulkan sensasi menyentuh dan bentuk benda.

Mekanismenya adalah dengan cara menarik kawat saat tangan pengguna berada di dekat objek virtual, perangkat akan menimbulkan sensasi menyentuh objek. Demikian pula, mekanisme yang dapat membuat orang dapat merasakan tekstur patung virtual, merasakan hambatan saat mendorong sebuah objek furnitur atau bahkan memberikan tinggi benda virtual.

Cathy Fang, mahasiswa yang meneliti hal ini mengatakan, penggunaan perangkat ini dengan cara memikulnya di bahu dan memanfaatkan kawat pegas, menggunakan daya baterai yang lebih kecil, sehingga menjaga biaya tetap murah.

Selain itu, Chris Harrison, asisten profesor di Human-Computer Interaction Institute (HCII) CMU, mengatakan. "Elemen seperti dinding, furnitur, dan karakter virtual adalah kunci untuk membangun dunia virtual imersif, namun sistem VR lain tidak lebih dari pengontrol tangan yang bergetar."

"Saya pikir pengalaman itu menciptakan kejutan, seperti saat menyentuh pagar dan menyelipkan sela jari di pagar," kata Fang. "Menyenangkan juga merasakan nuansa benda tidak beraturan, seperti patung."

Makalah penelitian tim ini merupakan makalah terbaik oleh Konferensi Faktor Manusia dalam Sistem Komputasi (CHI 2020), yang dijadwalkan pada bulan ini tetapi dibatalkan karena pandemi COVID-19. Makalah ini telah diterbitkan di Perpustakaan Digital Association for Computing Machinery.

Peneliti lain telah menggunakan kawat untuk menimbulkan sensasi sentuhan dunia virtual, tetapi mereka menggunakan motor untuk menarik kawat. Motor yang digunakan ringan dikenakan dan terjangkau bagi konsumen.

"Kelemahan dari motor adalah mereka mengkonsumsi banyak daya," kata Fang. "Mereka juga berat."

Bukannya menggunakan motor, namun tim ini menggunakan penarik bermuatan pegas, mirip seperti lilitan kawat di gantungan kunci. Mereka menambahkan gear yang dapat dikunci dengan cepat yang dikendalikan secara elektrik. Pegas, bukan motor, menjaga kawat tetap tegang. Hanya sedikit daya listrik yang diperlukan untuk mengaitkan kawat, sehingga sistem ini lebih hemat energi dan dapat dioperasikan dengan daya baterai rendah.

Para peneliti bereksperimen dengan sejumlah kawat dengan posisi yang berbeda, akhirnya disimpulkan cara penggunaannya dengan mengaitkan satu kawat ke setiap ujung jari, satu ke telapak tangan dan satu ke pergelangan tangan, yang dapat memberikan sensasi terbaik. Sensor Leap Motion, yang melacak gerakan tangan dan jari, terpasang pada headset VR. Ketika merasakan bahwa tangan pengguna berada di dekat dinding virtual atau benda lain, gear bergerak dalam urutan yang sesuai dengan objek virtual tersebut. Kait terlepas ketika orang itu menarik tangannya.

Seluruh perangkat memiliki berat kurang dari 10 ons. Para peneliti memperkirakan bahwa versi yang diproduksi secara massal akan menelan biaya kurang dari $50 (Rp738.000).

Fang mengatakan sistem itu akan cocok untuk game dan pengalaman VR yang melibatkan interaksi fisik dan benda, seperti labirin. Ini juga dapat digunakan untuk kunjungan ke museum atau galeri virtual. Sistem ini pun dapat digunakan di toko yang menjual benda yang rentan rusak atau pecah, "Anda mungkin juga menggunakannya untuk berbelanja di toko furnitur," tambahnya.

SHARE:

Saingi BYD, Nissan Juga Kembangkan Baterai Mobil Listrik Berteknologi Canggih

Oppo Perkenalkan Model Google Gemini pada Smartphone AI