Technologue.id, Jakarta – Jack Dorsey bersama jajarannya sedikit lagi melewati 2016 yang begitu berliku. Setelah kabarnya sempat didekati sejumlah perusahaan untuk dibeli tetapi tidak ada tindak lanjut sampai sekarang, Twitter juga belakangan ramai dibicarakan karena 'kontribusinya' dalam memanaskan Pemilu di Amerika Serikat. Dari segi user, jejaring sosial berlambang burung itu pun kian ditinggalkan oleh kompetitor utamanya, Facebook, yang penggunanya hampir 1,8 miliar. Twitter masih berkutat di angka 300 jutaan, tepatnya 317 juta. Kemungkinan depan, tahun depan Twitter belum akan berjaya. Bisa jadi, malah lebih suram dari sekarang. Hal tersebut diperparah dengan krisis identitas yang melanda Twitter. Mereka memang mencoba berinovasi, misalnya dengan menghadirkan Periscope atau menjadi mediator antara netizen dengan brand hingga pemerintah. Namun, langkah itu malah membuat karakter Twitter kian samar. "Apakah Twitter perusahaan media? Perusahaan teknologi? Perusahaan data? Atau semuanya? Twitter bukanlah sebuah perusahaan yang dengan mudah didefinisikan atau dikelompokkan," begitu papar seorang analis, Debra Aho Williamson, seperti dikutip dari CNET (03/12/16). Belum lagi, Twitter perlu berurusan dengan masalah lain. Salah satu yang cukup krusial adalah cyberbullying. Mereka memang sudah menghadirkan fitur mute tweet berdasarkan keyword, frase, dan emoji, tetapi karena baru diluncurkan bulan November lalu, efektivitasnya belum bisa diuji. Live-streaming yang mereka pasarkan lewat Periscope juga menemui kendala. Kompetitor mereka kian kuat. Facebook, misalnya, dengan terang-terangan mengajak pengguna setianya untuk ramai-ramai memakai live-video, dari Facebook sendiri, Messenger, hingga Instagram. Tentu dengan kepungan seketat ini, kans Periscope untuk berkembang dipertanyakan. Prediksi Anda, apakah Twitter akan survive?   Baca juga: Aneh, Twitter Nonaktifkan Akun CEO-nya Sendiri Hampir 90 Persen Remaja Indonesia Terpengaruh Iklan Twitter Ini Senjata Baru Twitter untuk Halau Tukang Bully