Technologue.id, Jakarta - Setelah dua tahun diterpa beragam tuduhan mulai dari pencurian data hingga mengancam keamanan nasional, aplikasi TikTok kini mulai diblokir oleh beberapa negara. Hal ini tentu menjadi peluang bagi para kompetitornya untuk merebut pasar yang begitu besar.
Salah satunya adalah Instagram, media sosial yang berada di bawah naungan Facebook itu kini telah meluncurkan produk alternatif yang sangat mirip dengan TikTok, yaitu Reels. Dimana Reels ini merupakan sebuah fitur yang memungkinkan pengguna merekam sekaligus menyunting video pendek berdurasi 15 detik dengan latar musik.
Tidak hanya menyunting, pengguna pun dapat membagikan video dari fitur Reels kepada para followers di Instagram lewat Story, Feed, dan juga Direct Message. Untuk Story sendiri Instagram menghadirkan kolom khusus bernama Reel in Explore yang dapat menampilkan video Reels dalam waktu 24 jam.
Baca Juga:
Kompak, Jepang Juga Bakal Tinggalkan TikTok
Selain Instagram, aplikasi Snapchat juga diketahui turut menghadirkan fitur yang memiliki fungsi serupa dengan TikTok. Fitur ini bahkan secara gamblang dideklarasikan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan menindak atau melarang TikTok beroperasi di negaranya.
Ada pula aplikasi lain yang turut menawarkan pengalaman yang mirip dengan TikTok antara lain Byte, Triller, Zynn, dan Clash. Tak bisa dianggap enteng, meskipun belum begitu populer, Byte sendiri memiliki 1,2 juta pengguna, Triller memiliki 700.000 pengguna, Zynn memiliki 400.000 pengguna dan Clash memiliki 200.000 pengguna sejak diluncurkan minggu lalu, dilansir dari The Verge pada Senin (10/8/2020).
Kabar terbaru bahkan menyebut bahwa Microsoft berencana mengakuisisi TikTok. Santer terdengar bahwa aplikasi video pendek itu ditaksir dengan harga US$ 50 miliar atau Rp 725 triliun oleh Microsoft agar bisa beroperasi di Negeri Paman Sam.
Baca Juga:
Siap-siap, Pengguna TikTok Bakal Kena Pajak
Microsoft mengatakan, jika nantinya TikTok berhasil dicaplok, dapat dipastikan aplikasi itu akan tunduk dan patuh dengan peraturan pemerintah AS sehingga akan memberi manfaat ekonomi yang layak bagi AS serta aman dari tuduhan yang selama ini dilontarkan.
Melihat ini semua, bisa dibilang TikTok saat ini benar-benar berada di situasi yang sangat kritis. Bukan hanya babak belur melawan tudingan pencurian data dan ancaman keamanan nasional, TikTok juga mendapat hantaman serius dari para kompetitornya. Apakah ini akan menjadi akhir dari perjalanan TikTok? Kita tunggu saja kedepannya.