Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Desain Baru Snapchat Kena Petisi, Kenapa?
SHARE:

Technologue.id, Jakarta – Snapchat baru saja melakukan redesign atau desain ulang untuk platformnya. Namun kenyataannya, banyak pengguna yang malah tidak menyukainya, bahkan di antaranya mengambil langkah untuk membuat petisi online melalui platform Change.org. Mengutip dari TheVerge.com (21/02/2018), petisi salah satu pengguna Snapchat tersebut dilaporkan kini sudah disetujui oleh lebih dari 1,2 juta orang di Change.org. Petisi tersebut sendiri berisi soal ketidaknyamanan pengguna saat membuka platform Snapchat yang memiliki desain baru.

Baca juga:

Snapchat Kini Teringrasi dengan Giphy

Adanya petisi dari sejumlah penggunanya pun sontak membuat CEO Snapchat, Evan Spiegel menanggapi hal tersebut. Melalui sebuah komentar, ia mencoba memastikan bahwa desain baru itu ke depannya akan lebih baik dengan cara beradaptasi dengan masing-masing pengguna. Ia juga menegaskan bahwa hal itu dilakukan untuk mengakomodir sejumlah fitur baru yang nantinya akan diimplementasikan.

Baca juga:

Aduh, Lebih dari 50 Ribu Akun Snapchat Berhasil Diretas!

"Berbagai komplain yang kami terima bisa memperkuat filosofi Snapchat. Butuh waktu bagi pengguna untuk menyesuaikan diri dengan desain baru. Namun bagi saya, setelah menggunakannya selama beberapa bulan, saya merasa jauh lebih terikat," kata Spiegel.

Baca juga:

Stories dari Snapchat Bisa Di-share ke Medsos Lainnya?

Fokus utama Snapchat dalam melakukan redesign sendiri adalah untuk bisa mendapatkan lebih banyak lagi pengguna dari berbagai belahan dunia dan usia. Ini dilakukan agar bisa tetap bersaing dengan sejumlah media sosial lainnya, seperti Facebook dan Instagram. Bisa jadi, merubah desain juga diharapkan bakal membawa Snapchat untuk bisa mendapatkan sumber pendapatan baru.

SHARE:

Genshin Impact Bawa Bos Mingguan Baru di Update 5.3

Meta Bangun Infrastruktur Kabel Bawah Laut Senilai Rp158 Triliun