Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Google Menggabungkan DeepMind dan Google Brain dalam One Big AI Team
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Peningkatan teknologi kecerdasan buatan (AI) terus mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia digital. Google baru saja menggabungkan dua entitas penting dalam bidang AI, yaitu DeepMind dan Google Brain. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat kompetensi dan kemampuan Google dalam pengembangan AI yang lebih maju.

Google DeepMind baru-baru ini membagikan rincian mengenai salah satu model bahasa visual (VLM) yang telah mereka kembangkan. Model ini digunakan untuk menghasilkan deskripsi untuk YouTube Shorts. Dengan bantuan model ini, diharapkan konten Shorts dapat lebih mudah ditemukan oleh pengguna.

Deskripsi yang akurat dan relevan memiliki peran penting dalam memudahkan pencarian konten. Sebagai contoh, dalam banyak kasus, pembuat konten Shorts tidak menyertakan deskripsi atau judul yang bermanfaat dalam video mereka, sehingga membuat konten tersebut sulit ditemukan melalui pencarian. 

Baca Juga:
Google dan Microsoft Memperkenalkan Asisten Virtual Baru untuk Office Suite AI-nya

DeepMind mencatat bahwa Flamingo, salah satu model mereka, dapat menghasilkan deskripsi dengan menganalisis bingkai awal video untuk menjelaskan apa yang terjadi di dalamnya. 

Deskripsi ini kemudian disimpan sebagai metadata, yang dapat membantu dalam mengkategorikan video dengan lebih baik dan menghubungkannya dengan kueri penonton saat melakukan pencarian.

Google DeepMind merekomendasikan menonton video penjelasan mereka mengenai cara kerja Flamingo. Video ini sangat singkat, hanya berdurasi sekitar satu menit, namun memberikan pemahaman yang mudah dicerna mengenai konsep tersebut.

Pada dasarnya, model Flamingo ini dirancang untuk memecahkan masalah nyata yang dihadapi oleh pembuat konten Shorts. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah kurangnya metadata dalam video Shorts. 

Proses pembuatan video Shorts cenderung lebih sederhana dibandingkan video berdurasi panjang, sehingga pembuat konten seringkali tidak menambahkan metadata yang relevan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penonton Shorts hanya menggeser ke video berikutnya tanpa melakukan pencarian aktif di platform. 

Dalam konteks ini, Flamingo memiliki peran penting dalam memahami konten video secara efektif, sehingga konten tersebut dapat dicocokkan dengan pengguna saat mereka menjelajahi Shorts.

Deskripsi yang dihasilkan oleh Flamingo sebenarnya tidak akan terlihat oleh pengguna. Namun, deskripsi tersebut merupakan metadata yang berperan di balik layar dalam meningkatkan kemampuan pencarian video. 

Baca Juga:
Google Permudah Streaming Podcast Melalui Google Penelusuran

Google DeepMind dan tim pengembangnya telah berusaha untuk memastikan bahwa deskripsi yang dihasilkan sangat akurat dan sesuai dengan standar tanggung jawab mereka. Mereka berkomitmen untuk mencegah terjadinya kesalahan yang dapat merugikan pembuat konten atau menghadapi kritik yang serius.

Flamingo telah diterapkan secara otomatis pada upload video Shorts baru, termasuk video yang sudah ada dan menjadi yang paling banyak ditonton. Namun, masih belum jelas apakah Flamingo akan diterapkan pada video YouTube berdurasi panjang. 

Direktur manajemen produk untuk Shorts, Todd Sherman, menyatakan bahwa kemungkinan penerapan tersebut bisa saja terjadi, namun kebutuhan akan metadata pada video berdurasi panjang mungkin lebih sedikit. 

Pembuat konten video berdurasi panjang cenderung meluangkan waktu yang lebih lama untuk proses pembuatan video, termasuk praproduksi, pengambilan gambar, dan pengeditan. Dalam hal ini, penambahan metadata menjadi bagian yang relatif kecil dari proses tersebut. 

Selain itu, pengguna seringkali berorientasi pada judul dan gambar mini saat menonton video berdurasi panjang, sehingga pembuat konten memiliki insentif untuk menambahkan metadata yang membantu dalam kemudahan pencarian.

SHARE:

Tablet Perdana Poco Pad Masuk ke Indonesia, Punya Baterai Bongsor

Gara-gara AI, Emisi Gas Rumah Kaca Raksasa Teknologi Meningkat Drastis