Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Teror WannaCry Belum Berakhir, Indonesia Jadi Target Terbesar!
SHARE:

Technologue.id, Jakarta – Publik global dan Tanah Air sempat geger setahun lalu. Pasalnya, beberapa perusahaan dan organisasi besar seperti bank dan rumah sakit diserang oleh ransomware secara masif. "Wabah" digital tersebut adalah WannaCry. Ransomware yang banyak ditemui di Rusia itu ternyata belum benar-benar musnah. Disinyalir, korban terbaru WannaCry akhir Maret lalu adalah perusahaan aviasi Boeing. Tak tanggung-tanggung, Mike VanderWel, petinggi Boeing, sampai mewanti-wanti agar semua VP Boeing dan timnya waspada karena serangan digital ini mungkin saja tersebar ke sistem produksi dan software perusahaan.

Baca juga:

Apakah Akun Anda Sudah Pernah Dibobol Orang? Begini Cara Cari Tahunya

Kendati belum bisa dipastikan apakah serangan malware tersebut adalah WannaCry, Jakub Kroustek, Threat Lab Team Lead Avast, memperingatkan bahwa WannaCry belum sepenuhnya musnah. "Ransomware Wannacry tetap aktif dan terus menyebar pada tingkat yang lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan serangan di awal-awal ditemukan. Harus dipastikan apakah serangan terhadap Boeing terkait dengan WannaCry dengan cara, bentuk, atau bentuk apa pun," katanya pada Technologue.id (02/04/2018).

Baca juga:

Siapa Kira? Game dan Browser Ini Ternyata Malware Miner Cryptocurrency!

Kroustek menambahkan bahwa belakangan, mereka memantau Indonesia tengah jadi target empuk WannaCry. Serangan WannaCry di Indonesia yang tercatat oleh Avast bahkan jauh lebih banyak dari Amerika Serikat yang "hanya" 70.000 serangan. "Bulan ini, kami memblokir 1,7 juta serangan WannaCry pada pengguna kami di Indonesia, 1,2 juta di India dan 1,1 juta di Brasil. Ini adalah tiga pasar teratas," tambahnya.

Baca juga:

Kapersky: Password Unik Mampu Cegah Serangan Cyber

WannaCry sendiri punya efek destruktif yang tak bisa disepelekan. Malware dengan codename Eternal Blue itu mengeksploitasi celah di Windows, yang memungkinkan penyerangnya mengenkripsi sistem atau data korban dan menyanderanya. Bila korban ingin data tersebut dikembalikan, mereka harus membayar tebusan pada penyerang, kendati tak ada jaminan kalau setelah tebusan itu dibayarkan si penjahat siber itu bakal menepati janjinya.

SHARE:

Google Batal Bikin Pixel Tablet 2, Hindari Persaingan dengan Apple?

Ini Respons Kemenperin soal Proposal Investasi Apple Rp1,58 Triliun