Technologue.id, Jakarta - Keamanan informasi dan infrastruktur merupakan aspek penting dalam keamanan nasional. Namun, dalam beberapa tahun terakhir frekuensi serangan siber mengalami peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan data dari IBM Security X-Force Threat Intelligence Index 2023, ada sekitar 31% serangan global menargetkan wilayah Asia-Pasifik, termasuk Indonesia.
IBM sebagai raksasa teknologi melihat keamanan AI memerankan peran yang penting dalam proses deteksi, investigasi, dan respons insiden.
Baca Juga:
CEO IBM Sesumbar Teknologi AI Akan Guser 7800 Pekerjaan
AI meningkatkan pemahaman situasional dan meningkatkan deteksi ancaman dengan menganalisis kumpulan data yang luas dan mengidentifikasi pola perilaku pengguna yang tidak normal.
AI juga mengotomatiskan alur kerja respons atau merekomendasikan tindakan yang sesuai berdasarkan pola masa lalu, sehingga membantu merespons insiden.
IBM menyadari bahwa strategi keamanan perimeter tradisional tidaak lagi memadai dalam menghadapi ancaman yang terus berkembang daan adopsi infrastruktur cloud hybrid.
Sejalan dengan pendekatan Zero Trust yang berfokus dalam perlindungan pengguna, data, dan aset dalam pengaturan cloud hybrid, IBM menekankan perlindungan yang dapat beradaptasi dan berkelanjutan.
Baca Juga:
Perkuat Bisnis, IBM "Tumbal" 3.900 Karyawan
Dengan berkembangnya AI secara signifikan, IBM membuat kemajuan substansial dengan solusi Endpoint Detection and Response (EDR) seperti QRadar Suite. Solusi-solusi ini memiliki kemampuan AI yang matang dan dapat secara otomatis memicu respons yang diatur tanpa campur tangan manusia, sehingga meningkatkan kecepatan dan efisiensi SOC.
Dengan mengintegrasikan aplikasi AI secara mulus di seluruh portofolio dan antarmuka pengguna analis mereka, IBM memungkinkan organisasi untuk mendeteksi, merespons, dan memitigasi potensi ancaman secara efektif.