SHARE:
Technologue.id, Jakarta – Prahara Uber kembali layak dijadikan momentum agar netizen lebih waspada dengan keamanannya di dunia maya. Karena faktanya, para penjahat siber juga sudah mulai berani mengincar aplikasi mobile ridesharing yang populer dengan pengguna yang tentunya tak sedikit.
Baca juga:
Uber Kebobolan, 57 Juta Data User dan Driver Jatuh ke Tangan Hacker
Vyacheslav Zakorzhevsky selaku Head of Anti-Malware Research Team di Kaspersky Lab melihat bahwa perusahaan besar seperti Uber adalah mangsa lezat. Sebab, mereka cenderung bisa memberikan keuntungan bagi para hacker. Terbukti, Uber pun tak ragu untuk membayar para hacker sebesar Rp1,35 miliar agar data itu dihapus. Selain itu, data-data yang dicuri dari perusahaan berpengguna besar seperti Uber juga berisi informasi yang amat berbahaya jika jatuh ke tangan yang salah. Belum lagi kalau database informasi pribadi tersebut sampai dijual ke pasar gelap.Baca juga:
Robot Mungil Ini Bisa Lakukan Banyak Hal
"Tahun ini kami melihat adanya peningkatan aktivitas kejahatan siber yang menargetkan aplikasi mobile ride-sharing yang populer. Layanan semacam itu akan tetap menjadi target yang menarik, karena kredensial dan data sensitif yang mereka miliki. Akses terhadap informasi ini dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar bagi pengguna namun memiliki manfaat yang tinggi bagi para penjahat," begitu jelas Zakorzhevsky pada redaksi secara tertulis (23/11/2017). Sebagai langkah antisipasi, ada baiknya Anda selaku user memperhatikan pesan masuk yang dikirim melalui e-mail atau SMS, tidak mengklik tautan yang mencurigakan, dan menghindari pemasangan aplikasi dari sumber yang tidak dikenal.Baca juga:
Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, Uber menyatakan ada 50 juta data user dan 7 juta data driver dari seluruh dunia yang telah dirampas dari mereka tahun lalu. Data yang dicuri tersebut mengandung detail nama, alamat email, dan nomor telepon. Bahkan tak hanya data pribadi, 600 ribu pelat nomor kendaraan mitra mereka di Amerika Serikat juga ikut diambil diam-diam.