Technologue.id, Jakarta – Pemain mata uang virtual, Pundi X, berencana menyebarkan ribuan titik penjualan perangkat (POS) berbasis blockchain kepada petani untuk memfasilitasi pengumpulan data dan inklusi keuangan di tiap negara berkembang. Dalam proyek ini, Pundi X menggandeng HARA, startup lokal yang berdedikasi untuk merevolusi pertanian global melalui data. HARA mengumpulkan data real-time dari seluruh rantai pertanian dan pangan di pasar yang berkembang untuk meningkatkan produktivitas, keuntungan, dan mata pencaharian bagi petani dan pekerja. Petani, LSM, dan mitra di lapangan lainnya diberikan insentif berupa HARA Token karena telah menyediakan data berupa kondisi ekologi, tanaman, dan kondisi pasar melalui HARA Token, yang berpotensi untuk dimonetisasi. Di samping itu, para petani akan mengumpulkan dan menukarkan insentif tersebut menggunakan XPOS, sebuah perangkat penjualan yang memungkinkan transaksi dalam aset digital.
Baca juga:
Jumlah Warung Pintar di Jakarta Meningkat, Tembus 1.000 Kios
Penggunaan XPOS akan diawali dari seluruh desa di Indonesia dengan perkiraan pemakaian satu perangkat untuk setiap 200 petani di daerah yang berpartisipasi. “Tujuan kami adalah untuk membawa manfaat teknologi blockchain dan pembayaran digital kepada konsumen yang tidak memiliki rekening bank serta meningkatkan inklusi keuangan dan kemandirian. Kami bangga XPOS akan segera diluncurkan di antara jaringan mitra pertanian HARA, serta mampu membantu memfasilitasi rencana mereka menjadi lebih baik, misalnya menjadi sektor yang signifikan dalam berkontribusi di perekonomian dunia dan kehidupan ratusan juta orang bergantung pada sektor ini,” ujar Constantin Papadimitriou, Presiden dan Co-Founder Pundi X. Terkumpulnya data dapat dimanfaatkan oleh konsumen yang tertarik untuk mengetahui asal usul bahan pangan, perusahaan asuransi yang membutuhkan data mengenai kondisi pasar dan pertanian, serta pemerintah dan kepentingan di seluruh pasar smart-agriculture global yang tumbuh secara cepat dan diperkirakan akan mencapai US$12 miliar pada tahun 2021. Regi Wahyu, CEO HARA, mengatakan, “HARA dibentuk dan didedikasikan untuk menghubungkan bagian yang hilang di pertanian global demi kepentingan semua orang yang terlibat dalam rantai pasok (supply-chain). Data yang sudah kami kumpulkan dari petani membawa manfaat bagi sektor riil lainnya, seperti transportasi, konsumen, serta apa pun kepentingan penjualan barang/jasa dan terutama kepada pemerintah.”Baca juga:
Belajar Kasus Tokopedia, IdEA Siap Kaji Penjualan Flash Sale
“Kehadiran XPOS dalam ekosistem kami, memungkinkan untuk menghubungkan mata rantai yang hilang, yaitu tahap proses pelayanan pembayaran digital untuk populasi yang sebagian besar tidak memiliki rekening bank dalam sektor yang ingin kami atasi, yakni sektor pertanian global”. Pada tahun lalu, HARA telah mengumpulkan data pertanian dari sekitar 10.000 petani di seluruh Indonesia, dengan dukungan pemerintah daerah Indonesia dan para pemimpin pemerintah lokal terpilih atau yang dikenal sebagai bupati. Data yang terkumpul tidak hanya dapat ditukar dengan insentif, tetapi juga dapat dimanfaatkan dengan berfokus pada sumber daya pertanian yang lebih efisien dan menghindari pemborosan.Baca juga:
Keuntungan ini secara langsung dapat menguntungkan mata pencaharian para petani, dengan Bank Dunia memperkirakan setiap satu persen keuntungan dalam hasil produktivitas pertanian setara dengan penurunan jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan. HARA memiliki target prioritas yang tersebar di tujuh pasar pertanian di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Afrika Timur, dengan perkiraan menjadi proyek global di masa depan hingga mendapat 2 juta mitra pengguna. Kemitraan HARA-Pundi X juga akan mendukung terciptanya inklusi keuangan di kalangan petani yang dapat menggunakan XPOS berbasis blockchain secara independen dari lembaga finansial. Lebih dari 50 persen konsumen dalam bidang perekonomian di Indonesia "tidak memiliki rekening bank", meskipun terdapat lebih dari 200 bank berskala nasional.