Technologue.id, Jakarta – Lagi, Twitter dirundung masalah. Media sosial berlambang burung itu mengakui bahwa pihaknya telah kecolongan karena bug di salah satu API-nya. Akun Twitter salah satu anggota redaksi tampaknya turut terinfeksi karena mendapatkan pemberitahuan tersebut kemarin (22/09/2018). [caption id="attachment_39568" align="alignnone" width="673"] Informasi dari Twitter bahwa ada bug di API-nya yang diterima salah satu anggota redaksi (eksklusif / Technologue.id)[/caption]
Baca juga:
Dari penjelasan Twitter itu, ada celah keamanan di API-nya yang telah menganga sejak Mei 2017 hingga 10 September 2018 lalu. Gara-gara bug ini, sejumlah pesan privat atau Direct Message serta tweet yang terproteksi di rentang waktu tersebut jadi bocor dan jatuh ke pihak ketiga. Menurut Twitter, mulanya, terdapat kesalahan pengkodean dalam sistem webhook-nya, sehingga memungkinkan aktivitas akun seseorang dialihkan ke aplikasi pihak ketiga yang salah, bukan ke aplikasi yang terhubung ke akun mereka. Maka dari itu, salinan Direct Message akan berakhir di tangan siapa pun yang membangun aplikasi yang salah menerima informasi itu.Baca juga:
Bos Twitter Akhirnya Sadar Platformnya Berbahaya
Melansir TheRegister.co.uk (21/09/2018), Twitter memang mengklaim bahwa celah ini hanya berdampak pada kurang dari satu persen penggunanya. Dari informasi tersebut, lebih kurang, tetap saja ada 3 jutaan pengguna Twitter yang pesan pribadinya menjadi konsumsi programmer third-party.Baca juga:
Terungkap, Twitter Jual Akses Data User ke Pentolan Cambridge Analytica
Dari sumber yang redaksi kutip, Twitter telah memberikan notifikasi kepada semua developer dan penggunanya yang kemungkinan telah tereksploitasi. Walau begitu, mereka juga manyatakan kalau informasi yang bocor dari platformnya belum benar-benar disalahgunakan. Perusahaan yang dipimpin Jack Dorsey itu juga berkomitmen untuk melakukan investigasi lanjutan dalam beberapa hari ke depan. Ini bukan kali pertama Twitter tidak menjaga privasi penggunanya dengan baik. Beberapa waktu lalu, mereka juga mengakui telah memberikan akses pada orang di balik Cambridge Analytica, pihak yang terlibat skandal dengan Facebook.